Rabu, 22 November 2017

Mendiagnosa Permasalahan Pembelajaran Matematika di Sekolah



A.    Pendahuluan

Matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di sekolah, yaitu matematika yang diajarkan di jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, dalam Suherman dkk. (2003:55). Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak  pasti dan kompetitif.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika dalam dokumen ini disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut di atas. Selain itu di maksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.
Salah satu materi matematika yang diajarkan di Kelas VII SMP adalah materi Aritmetika Sosial. Adapun pertimbangan yang dijadikan dasar dipilihnya materi tersebut sebagai materi yang disusun oleh penulis adalah: 1.  berdasarkan hasil diskusi dengan beberapa orang mahasiswa FKIP dan guru matematika diperoleh informasi bahwa materi Aritmetika Sosial masih merupakan materi yang agak sulit dipahami oleh siswa, 2. banyak permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan materi ini, Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu di kembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya.
Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya di mulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap di bimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah di harapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya.
B.     Permasalahan

Salah satu cara yang baik untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa adalah dengan melakukan wawancara dengan siswa.  Cara ini memerlukan waktu panjang, apalagi jika siswanya banyak. Untuk dapat menerjemahkan, memahami, merencanakan, dan menyelesaikan masalah yaitu dengan strategi two tier multiple choice items. Prosedur penyusunan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi ; 2. Mengembangkan peta konsep

 Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika di SMP
1.      Faktor Sosial
Ilmu yang mengkaji tentang kemasyarakatan yang menjadi objek kajian ilmu-ilmu sosial dapat di lihat sebagai sesuatu yang terdiri atas berbagai segi. Misalnya Hubungan Orang Tua dan anak, dan tingkat kepedulian orang tua tentang masalah belajarnya di sekolah merupakan faktor yang dapat memberikan kemudahan, atau sebaliknya menjadi faktor kendala bahkan menambah kesulitan siswa. Termasuk dapat meberikan kemudahan antara lain: kasih sayang, pengertian, dan perhatian ataupun kepedulian misalnya menyertai anaknya belajar, dan tersedianya tempat belajar yang kondusif. Disamping itu ekonomipun merupakan faktor, baik postif maupun negatif. Siswa yang mengalami masalah sosial dirumahnya biasanya dari kalangan keluarga yang kurang menaruh perhatian pada perkembangan anaknya. Hal ini mungkin akibat dari kepedulian yang rendah terhadap belajar anak / siswa. Permasalahan tersebut dapat terjadi baik dari kalangan yang ekonominya sudah mapan maupun ekonominya masih lemah. Faktor sosial di dalam dan di luar kelas dalam lingkungan sekolah juga berpengaruh terhadap kelancaran atau kesulitan belajar siswa. Siswa yang kurang dapat bergaul atau menyesuaikan dengan situasi kelas oleh berbagai sebab yang menyebabkan ia merasa terpencil, terhina atau senantiasa menjadi bahan ejekan atau olokan merupakan faktor penghambat, meskipun bagi sebagian siswa yang biasa mengatasi masalah hal itu dapat digunakan sebagai pemacu untuk menunjukkan eksistensinya.

2.      Faktor Emosional Siswa
Faktor emosional siswa yang sering gagal dalam Matematika lebih mudah berpikir tidak rasional, takut,cemas,benci pada matematika. Jika demikian maka hambatan itu dapat melekat pada diri anak atau siswa. Masalah siswa yang termasuk dalam faktor emosional dapat disebabkan oleh :

a.      Obat-obatan tertentu, seperti obat penenang, ekstansi, dan obat lainnya yang sejenis.
b.      Kurang Tidur.
c.      Diet yang tidak tepat.
d.      Hubungan yang renggang dengan teman terdekat.
e.      Masalah tekanan dari situasi keluarganya di rumah.

Menurut Cooney dkk menyatakan bahwa siswa yang megkonsumsi pil ekstasi kemalasanya naik luar biasa, terkadang menunjukan perbuatan yang tidak rasional, depresi, tidak sadar (collapse) atau sebaliknya tertawa sendiri. Dalam berpenampilan berubah secara tiba- tiba, kesehatan menurun. Akibatnya siswa akan kurang menaruh perhatian terhadap pelajaran, atau mudah mengalami depresi mental, emosional, kurang ada minat membaca buku maupun menyelesaikan pekerjaan rumah serta daya ingta menurun. Penanganan kesulitan belajar oleh hal demikian sebaiknya dilakukan oleh orang yang memiliki kompetensi, baik psikologis, medis, maupun agamis.

3.      Faktor Intelektual

Siswa yang mengalami kesulitan  belajar disebabkan oleh faktor intelektual, umumnya kurang berhasil dalam menguasai konsep, prinsip, atau algoritma, walaupun telah berusaha mempelajarinya. Siswa yang mengalami kesulitan mengabstraksi, mengeneralisasi, berpikir deduktif dan mengingat konsep-konsep maupun prinsip-prinsip biasanya akan selalu merasa bahwa matematika itu sulit. Siswa demikian biasanya juga mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah terapan atau soal cerita. Ada juga siswa yang kesulitannya terbatas dalam materi tertentu, tetapi merasa mudah dalam materi lain berbagai kemungkinan mengenai hal ini akan di bahas pada bab lain.

4.      Faktor Pedagogis

Diantara penyebab kesulitan belajar siswa yang sering di jumpai adalah faktor kurang tepatnya guru mengelola pembelajaran dan menerapkan metodologi. Misalnya guru masih kurang memperhatikan kemampuan awal yang di miliki siswa, guru langsung masuk ke materi baru. Ketika terbentur kesulitan siswa dalam peemahaman, guru mengulang pengetahuan dasar yang diperlukan. Kemudian melanjutkan lagi materi baru yang pembelajarannya terpenggal. Jika ini berlangsung dan bahkan tidak hanya sekali dalam suatu tatap muka, maka akan muncul tercapainya suatu kompetensi. Kejadian yang di alami siswa dan sering muncul menurut guru adalah ketika dijelaskan mengerti, ketika mengajarkan sendiri tidak bisa. Kesulitan itu dapat terjadi karena guru kurang memberikan latihan yang cukup di kelas dan memberikan bantuan  kepada yang memerlukan, meskipun sudah berusaha keras menjelaskan materinya. Hal ini terjadi karena guru belum menerapkan hakekat belajar matematika, yaitu bahwa belajar matematika hakekatnya berfikir dan mengerjakan matematika. Berfikir ketika mendengarkan penjelasan guru, mempunyai implikasi tanya jawab merupakan salah satu bagian penting dalam belajar matematika. Dengan tanya jawab ini proses diagnosis telah diawali. Ini berarti diagnostic teaching, pembelajaran dengan senantiasa sambil mengatasi kesulitan siswa telah dilaksanakan dan hal ini yang dianjurkan cara guru memilih metode. Pendekatan dan strategi dalam pembelajaran akan berpengaruh terhadap kemudahan atau kesulitan siswa dalam belajar. Jika demikian maka guru perlu introspeksi pada sistem pembelajaran yang dijalankannya.
Kesulitan siswa dalam memahami konsep terkait dengan:
a.        Ketidakmampuan memberikan nama singkat atau nama teknis.
b.      Ketidakmampuan menyatakan arti istilah pada konsep.
c.       Ketidakmampuan untuk mengingat
d.       Ketidakmampuan memberikan contoh konsep.
e.       Kesalahan klasifikasi
f.       Ketidakmampuan menerima Ketidakmampuan dan memahami informasi dari konsep.

C.    Solusi

Secara umum langkah mengatasi kesulitan dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut :
a. Guru dan siswa harus menyadari adanya kesulitan yang dialami siswa
b. Guru dan siswa harus berusaha mengidentifikasi konsep atau prinsip yang sulit
    dipahami siswa.
c. Guru dan siswa perlu mencoba mengidentifikasi penyebab kesulitan belajar yang dialami
    siswa.
d. Guru perlu memberikan bantuan kepada siswa dalam mengembangkan prosedur untuk
    memecahkan kesulitan siswa.
e. Siswa dengan bantuan guru harus melaksanakan tugas-tugas atau berusaha memperhatikan    
    apa yang dijelaskan guru dan aktif memberikan umpan balik pada bagian mana siswa
    masih mengalami kesulitan.
g.      Guru perlu selalu mengefaluasi keberhasilan siswa dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa serta selalu mengevaluasi prosedur pembelajaran.

D)      Potret Keberhasilan atau kegagalan pembelajaran matematika SMP

Tingkat kelulusan Ujian Nasional (UN) SMP/MTs/SMPT 2010 turun 4,78% di banding tahun 2009 presentasinya mencapai 95,05%, sementara tahun ini turun menjadi 90,27% atau ada sekitar 350.798 siswa yang di nyatakan harus mengulang UN pada 17-20 mei 2010. Bila di lihat dari jumlah sekolah yang tahun ini dinyatakan memiliki hasil kelulusan 0% terdapat 561 sekolah di seluruh Indonesia dengan jumlah siswa mengulang sebanyak 9.283 siswa (0.26%) dari total peserta 3.606.163 siswa. Sekolah yang terbanyak angka ketidaklulusannya, antara lain di provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 39,87% dan provinsi Gorontalo sebesar 38,80% sedangkan angka ketidaklulusan terendah di provinsi Bali yakni 1,4%.( Jakarta,(tvOne)). Dari 350.798 siswa yang harus mengulang ada 12,19% yang harus mengulang 4 mata pelajaran yang di ujikan. Adapun mata pelajaran yang di ujikan yakni Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan IPA. Sementara 21,19% yang mengulang satu mata pelajaran. Di sisi sekolah, mendiknas menyebutkan, ada 516 sekolah yang memiliki tingkat kelulusan 0% atau seluruh siswanya tidak lulus UN utama. Sementara yang lulus 100% atau semua siswanya yang lulus ada 17.852 sekolah atau 41% dari 43.666 SMP yang ikut UN utama.
Mendiknas mengatakan, dominasi ketidaklulusan masih di pegang beberapa provinsi seperti Nusa Tenggara Timur sebesar 39,87%, Gorontalo 38,80%, Babel 34,69%, Kalimantan Timur 29,44%, DKI 28,97%, Kalimantan Barat 27,49%, Bengkulu 24,03%, DIY 21,98%, Sulawesi Tenggara 20,30%, Kepulauan Riau 18,79%, Kalimantan Tengah 17,22% dan Maluku Utara 15,16%. Sementara yang paling rendah tingkat ketidaklulusannya adalah Bali 1,40%, Sumatera Selatan 1,49%, Jawa Barat 2,41%, Sulut 2,62%, Sumatera Utara 2,83% dan Banten 3,57%.


Daftar Rujukan

  1. postingan aini_math dalam Blog  PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SMP
Penelitian SAEPUL WATAN_16709251057_PM  Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Negeri Yogyakarta
  1. Penelitian Furqon, Lailul. 2007. Dalam Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang

  2. Penelitian Dian Septi Nur Afifah dalam Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Volume 01 Nomor 01, April Tahun 2013 ISSN: 2337-8166.

  1. Penelitian Rifda Khairunnisa1), Nining Setyaningsih2)  Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam PROSIDING ISSN: 2502-6526


0 komentar:

Posting Komentar