BAIDIL
Nim. 06022681721003
A. Latar
Belakang
Matematika merupakan mata pelajaran yang
penting di sekolah, tapi banyak orang mengatakan bahwa pelajaran tersebut tidak
mudah serta sangat membosankan bahkan menakutkan bagi peserta didik, dan
hanya dapat dipahami oleh beberapa peserta didik saja. Di
lihat dari sudut pandang lain nya bahwa matematika adalah
ilmu universal yang mendukung jalannya
kemajuan teknologi modern, serta mempunyai peranan penting dalam
berbagai disiplin ilmu untuk memajukan daya pikir manusia.
Pradigma ini sesuai dengan pendapat Cornelius (dalam Abdurrahman, 2003:253) yang
menyatakan bahwa : alasan perlunya belajar matematika karena : (1) sarana
berpikir yang jelas dan logis; (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan
sehari-hari; (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi
pengalaman; (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas; dan (5) sarana untuk meningkatkan
kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Siswa menurun nya motivasi untuk belajar matematika di sebab kan berbagai faktor,
antara lain faktor penyampaian materi yang bersipat langsung, cara guru
mengajar kurang berpariasi, atau proses pembelajarannya. Dari segi materi, Ruseffendi
(dalam Taufik, 2012:36) menyarankan agar dalam menerangkan pengerjaan hitung
sedapat mungkin supaya dimulai dengan menggunakan benda-benda riil, gambarnya
atau diagramnya yang ada kaitannya dengan kehidupan nyata sehari-hari. Kemudian
dilanjutkan ketahap kedua yaitu berupa modelnya dan akhirnya ke tahap simbol.
Guru dituntut untuk menerjemahkan
tujuan-tujuan kurikulum ke dalam materi yang akan dipelajari siswa hingga mudah
dimengerti dengan membuat materi sendiri (bukan hanya menggunakan buku teks matematika
dari suatu penerbit buku) dan menggunakan teori pembelajaran yang sesuai dengan
KTSP, yang salah satunya yaitu PMRI (Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia). (Zulkardi dalam Ilma, 2010). Sedangkan untuk kurikulum 2013 pembelajaran berpusat pada
peserta didik serta pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara
jejaring sehingga peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari
mana saja (Kemendikbud : 2013). Jadi, kurikulum KTSP dan kurikulum 2013
pembelajarannya semuanya berpusat kepada peserta didik agar lebih aktif dalam
proses pembelajaran sedangkan guru sebagai fasilitator saja.
Sejalan dengan hal tersebut, bahwa guru
matematika di haruskan profesional dalam
persiapan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran matematika sesuai dengan tujuan
pencapaian kurikulum 2013. Oleh karena itu, guru di minta untuk lebih aktip dalam
mengembangkan dan mendesain sendiri materi pembelajaran yang akan disampaikan
kepada peserta didik sehingga pembelajaran yang berlangsung sangat menarik dan
lebih efisien.
Pembelajaran matematika di kelas diharapkan yang
aktif, inovatif, dan menyenangkan bagi peserta didik yang dikaitan dengan
pengalaman nya dalam lingkungan dan kehidupan sehari- hari. Adapun cara yang dapat digunakan guru untuk bisa
menciptakan pembelajaran yang dimaksud, yaitu dengan menggunakan masalah
kontekstual ,penggunaan model, menerima ragam jawaban dan berkontribusi siswa,
serta terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya.
Berdasarkan hal tersebut, bahwa pembelajaran matematika cocok dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran matematika yang di kembangkan di belanda,
yaitu Realistic Mathematics Education
(RME). Menurut Soedjadi (2007), di Indonesia digunakan nama selengkapnya ”Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia” (PMRI), sedangkan secara operasional juga
sering disebut ”Pembelajaran Matematika Realistik” (PMR). ”PMRI” adalah
Pendidikan Matematika sebagai hasil adaptasi dari Realistic Mathematics
Education yang telah diseleraskan dengan kondisi budaya, geografi dan kehidupan
masyarakat Indonesia umumnya.
Sebagian pokok bahasan matematika yang sering
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dimana menghitung luas di kelas V SD yang
merupakan pokok bahasan pertama dalam mempelajari luas bangun datar. Sedangkan
menurut peneliti, dari buku sekolah
elektronik (bse): Gemar Matematika 5 SD/MI
(Sumanto, 2008:79-88) dan Matematika 5 SD/MI ( Sunaryo, 2008:109-123)
tidak dimulai dari konteks atau lemah nya aktifitas peserta didik sebagai titik
awal belajar matematika. Karena menurut Zulkardi (dalam Ilma, 2010), dalam PMRI
pembelajaran matematika dimulai dari konteks atau situasi yang pernah
dialami oleh siswa, sebagai titik awal pembelajaran matematika dalam membantu
siswa mengkonstruksi pengertian terhadap konsep matematikan.
Dalam penelitian ini, peneliti akan
mengembangkan materi pokok bahasan menghitungan luas bangun datar Segi Tiga untuk
peserta didik di kelas V Sekolah Dasar yang sesuai dengan karakteristik PMRI,
karena menurut peneliti bahwa pokok bahasan menhitung luas bangun datar sesuai
dengan karakteristiks pendidikan matematika Realistik Indonesia (PMRI), karena
pendekatan matematika realistik mempunyai karakteristik dan prinsip yang membuat peserta
didik bisa berkembang secara optimum, seperti kebebasan siswa untuk
menyampaikan pendapatnya, adanya masalah kontekstual yang dapat mengaitkan
pemahaman konsep matematika dengan kehidupan nyata, dan penggunaan model pembelajaran
yang lebih mudah peserta didik untuk menyelesaikan masalah yang di hadapi nya
dalam pembelajaran matematik.
Berdasarkan uraian di atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.
Bagaimana
mengembangkan materi pokok bahasan menghitungan luas bangun datar yang valid
dan praktis sesuai dengan karakteristiks
PMRI di kelas V SD?
2.
Bagaimana
efek potensial yang muncul dari pengembangan materi pokok bahasan menghitungan
luas bangun datar terhadap hasil belajar
dan aktivitas siswa?
Sesuai dengan rumusan masalah,
penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1.
Menghasilkan
materi pokok bahasan menghitungan luas bangun datar yang valid dan praktis yang
dikembangkan berdasarkan karakteristik PMRI di kelas V SD.
2.
Mengetahui
efek potensial yang muncul dari pengembangan materi pokok bahasan menghitungan
luas bangun datar terhadap hasil belajar dan aktivitas siswa.
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Pendekatan
Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
Pendekatan
Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia Menurut Zulkardi (2000),
pendekatan matematika realistik (PMR) merupakan suatu pendekatan dalam
pembelajaran matematika yang bertitik tolak dari hal-hal yang ‘real’ bagi
siswa, menekankan keterampilan ‘process of doing mathematics’ berdiskusi dan
berkolaborasi, beragumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat
menemukan sendiri (‘student inventing’ sebagai kebalikan dari ‘teaching
telling’) dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan
masalah baik secara individu maupun kelompok. Proses pendekatan ini
adalah guru di posisikan sebagai fasilitator, moderator atau evaluator
sedangkan peserta didik dapat berfikir, memberikan alasan sebagai peserta didik
serta menghargai pendapat peserta didik lainnya.
![]() |
|||||||
![]() |
|||||||
![]() |
|||||||
![]() |
|||||||

![]() |
B.
Prinsip
PMRI
PMRI mempunyai tiga
prinsip utama Menurut Siswono (2004 :35 ) yaitu :
1.
Menemukan kembali (Guided Reinvention)
Pembelajaran dimulai dengan suatu masalah kontekstual atau realistik yang
selanjutnya melalui aktifitas siswa diharapkan menemukan “kembali” sifat,
definisi, teorema atau prosedur-prosedur.
2.
Fenomena didaktik (Didactical
Phenomenology) Tujuan penyelidikan fenomena-fenomena adalah untuk menemukan situasisituasi
masalah khusus yang dapat digeneralisasikan dan dapat digunakan sebagai dasar
pematematikaan vertikal.
3.
Pengembangan model sendiri
(Self-developed Models) Kegiatan ini berperan sebagai jembatan antara
pengetahuan informal dan matematika formal. Model dibuat siswa sendiri dalam
memecahkan masalah.
C.
Karakteristik
PMRI
PMRI
memiliki enam karakteristik yaitu :
1.
Penggunaan konteks dalam eksplorasi
fenomenologis (The use of contexts for
phenomenologist
exploration)
2.
Penggunaan model untuk mengkonstruksi
konsep (The use of models for mathematical concept construction).
3.
Penggunaan kreasi dan kontribusi siswa
(The use of students’creation and
contributions).
4.
Sifat aktif dan interaktif dalam proses
pembelajaran (Student activity and interactivity
in
the learning process).
5.
Kesalingterkaitan antara aspek-aspek
atau unit-unit matematika (Intertwining mathematics concepts, aspecs, and
unit).
6.
Ciri-ciri khas alam dan budaya Indonesia
(Use of typical characteristics of Indonesia nature and cultures).
(Sembiring, Hoogland, & Dolk, 2010),
(Hadi, 2009:).
Teori
Belajar yang sejalan dengan Pembelajaran Matematika Pendekatan PMRI, yaitu Teori kontruktivisme menyatakan
hendaknya peserta didik bisa menemukan sendiri konsep dan menyampaikan
informasi yang bersipat kompleks, menganalisa informasi baru dengan sistem peraturan
yang lama serta memperbaiki apabila sistem pertaruran yang kurang sesuai lagi. Sala satu prinsip yang sangat penting dalam
pembelajaran adalah sebaiknya guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada
peserta didik. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya (Nur
dalam Trianto 2009: 28). Hal ini senada yang diungkapkan oleh Gravemeijer (1991),
bahwa dalam teori konstruktivis siswa dituntut untuk menyusun pengetahuannya
dengan cara dan pengalaman sendiri melalui realitas. Sangatlah tepat bila
Ruseffendi (2004) menyatakan bahwa teori belajar yang mendasari pendekatan
matematika realistik adalah teori konstruktivis.
D.
Pengembangan
Materi Ajar dengan PMRI
Perangkat
pembelajaran yang dikembangkan sebaiknya divalidasi terlebih dahulu oleh
seorang ahli dan teman sejawat. Metode ini lebih dikenal dengan teknik
triangulasi. Triangulasi adalah suatu teknik validasi data dengan memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar teman sejawat dan pakar, untuk menganalisa kembali
dan sebagai pembanding/dasar meg evaluasi instrumen penilaian. Menurut Krathwohl
(1997), triangulasi adalah proses menggunakan lebih dari satu sumber untuk
mengkonfirmasi informasi. Mengkonfirmasi data dari berbagai sumber, membenarkan
pengamatan dari pengamat yang berbeda, dan mengkonfirmasikan informasi dengan
metode pengumpulan data yang berbeda.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
Langkah-langkah
penelitian dan pengembangan terdiri dari empat langkah yaitu expert review,
one-to-one evaluation, small group dan field test menurut Tessmer (1993), Berikut gambar langkah-langkah penelitian dan
pengembangan :

Gambar 1
A. Metode Pengumpulan
Data
1.
Wawancara
Peneliti,
untuk memperoleh saran dalam merevisi materi pada buku peserta didik dengan
melakukan wawancara sesama rekan peneliti, guru matematika, dosen pembimbing
serta pakar ahli PMRI.
2.
Analisis Dokumen
Hasil
pekerjaan siswa pada buku peserta didik dianalisis dengan jalan membandingkan
variasi strategi yang dipakai siswa. Hal ini bertujuan untuk mengetahui letak
kesulitan peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal.
3.
Observasi
Observasi
dilakukan pada saat peserta didik mengikuti proses pembelajaran yang bertujuan
untuk melihat aktivitas peserta didik. Adapun aktivitas yang diamati adalah
aktivitas lisan, menggambar, gerak, dan mental.
4.
Penilaian Tertulis (Tes)
Penilaian
tertulis digunakan untuk melihat kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan
soal-soal pada buku siswa, baik soal latihan, pekerjaan rumah, dan tes setelah
materi selesai diajarkan.
5.
Angket
Angket digunakan untuk melihat sikap peserta
didik terhadap pembelajaran dengan menggunakan buku peserta didik.
B. Prosedur Penelitian
Persiapan
Evaluasi Tahap ini merupakan tahap awal sebelum dilaksanakan evaluasi formatif.
Pada tahap ini peneliti mendesain materi ajar yang berupa buku peserta didik.
Selain itu, peneliti juga menentukan subjek penelitian dan waktu pelaksanaan
evaluasi materi ajar.
1.
Expert Review
Pada
tahap ini peneliti mengkonsultasikan buku peserta didik kepada guru
matematika,
dosen pembimbing dan pakar PMRI. Pada tahap ini evaluasi buku peserta didik difokuskan
pada kesesuaian materi ajar dengan lima karakteristik dan tiga prinsip PMRI.
Pendapat dari guru matematika, dosen pembimbing, dan pakar PMRI dijadikan dasar
untuk merevisi buku peserta didik.
2.
One-to-one
Pada tahap ini peneliti memberikan buku peserta didik kepada salah seorang rekan
peneliti. Rekan peneliti diminta untuk mengevaluasi buku peserta didik dalam
hal kejelasan, kebermaknaan gambar, dan kesesuaian konteks dengan materi ajar.
Pendapat dari rekan peneliti dijadikan dasar untuk merevisi buku peserta didik.
3.
Small Group
Pada tahap ini buku peserta didik yang telah
direvisi diujicobakan kepada kelompok
kecil
yang bukan subjek penelitian. Pada tahap ini peneliti berperan sebagai guru
pembimbing sekaligus sebagai observer. Hasil pekerjaan peserta didik baik dari
soal latihan, pekerjaan rumah, dan tes diperiksa dan dianalisis. Hal ini
bertujuan untuk melihat apakah ada soal-soal yang perlu direvisi.
4.
Field Test
Pada
tahap ini hasil buku peserta didik yang telah direvisi dan dinyatakan valid,
kemudian diujicobakan kepada subjek penelitian.
DAFTARA
PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak
Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Akker, J., Van den. (1999). Principle and Methods of Development
Research. In: J. van den
Akker, R. Branch, K. Gustafson, N.
Nieveen & Tj. Plomp (Eds), Design methodology and developmental research.
Dordrecht : Kluwer.
De Lange, J. (1996). Using Applying
Mathematics in Education. Netherlands: Kluwer Academic Publishers.
Gravemeijer,
K.P.E. (1991). An InstructionTheoretical Reflection on the Use of
Manipulatives. Center for Science and Mathematics Education. The Netherlands:
Utrecht University
Ilma, Ratu. I.P. (2010).
Pengaruh Pendekatan Pembelajaran dan Bentuk Tes Formatif terhadap Hasil Belajar
Matematika dengan Mengontrol Inteligensi Siswa SD di Palembang. Sinopsis
Disertasi S3 UNJ.
Kemendikbud. 2013.
Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah. Jakarta : Kemendikbud RI.
Ruseffendi, E.T. (2004).
“Landasan Filosofis dan Psikologis Pembelajaran Matematika Realistik”. Makalah
disajikan dalam Lokakarya Pembelajaran Matematika Realistik Bagi Guru SD di
Kota Bandung, tanggal 7, 13, dan 14 Agustus 2004. UPI Bandung.
Sembiring, R.K.,
Hoogland, Kees & Dolk, Marteen. (2010). A
Decade of PMRI in Indonesia.
Bandung:
-
Siswono,
TYE. 2004. Pendekatan Pembelajaran Matematik. Surabaya : Depdiknas
Soedjadi,
R. (2001a). “Pemanfaatan Realitas
Lingkungan dalam Pembelajaran
Matematika”. Makalah disajikan pada
Seminar Nasional RME di Jurusan Matematika FMIPA UNESA.
Surabaya, 24 Februari 2001.
______.
(2001b). “Pembelajaran Matematika Realistik Pengenalan Awal dan Praktis”.
Makalah
disajikan pada Workshop Pengembangan Pembelajaran RME untuk SD di
PPPG Matematika.
Yogyakarta, 4-11 Juli 2001.
______. (2007).
“Inti Dasar-dasar Pendidikan Matematika Realistik Indonesia”. Jurnal Pendidikan
Matematika. I(2), 110.
Trianto. (2009).
Mendesaian Model Pembelajaran Inovatif
Progresif: Konsep, Landasan,
dan
Implementasinya pada KTSP. Jakarta: Kencana.
Tessmer, M. 1993. Planning and Conducting Formative
Evaluations. London, Philadelphia: Kogan Page.
Zulkardi. (2010).
Kuliah ”Proses dan Evaluasi Belajar
Matematika” di Prodi Pendidikan
Matematika S2 pada
tanggal 11 Desember 2010. PPS Unsri Palembang.
.
(2000). “RME
suatu Inovasi dalam Pendidikan Matematika di Indonesia (Suatu
Pemikiran
Pasca Konferensi Nasional Matematika 17-20 Juli 2000 di ITB)”.
Makalah.












0 komentar:
Posting Komentar