SEJARAH ILMU ARITMATIKA
A.
Pendahuluan
Sejarah merupakan
suatu kejadian yang telah terjadi pada
masa lampau yang disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan berbagai
peristiwa. Aritmatika adalah cabang matematika yang berkaitan dengan
hitungan. Dalam bahasa arab aritmatika sering dikenal dengan nama ilmu “al
hisab”.Adapun ruang lingkup kajiannya adalah melakukan proses
perhitungan atas benda benda yang didapati dalam kehidupan sehari hari.
Perhitungan tersebut meliputi proses penjumlahan, pengurangan, perkalian serta
pembagian.
Untuk kepentingan perrhitungan
tersebut para ahli matematika menciptakan satu set simbol bilangan yang
merunjuk pada “kuantitas” tertentu. Misalnya, simbol 1 memiliki nilai
tertentu, yang tentunya akan berbeda dengan simbol 2, 3 dan seterusnya.
Simbol-simbol inilah yang kita sebut dengan “angka”.
B.
Definisi dan Sejarah Tokoh Aritmatika
Aritmetika berasal
dari kata yunani ἀριθμός (baca: arithmos) yang artinya
angka. Aritmatika ialah cabang tertua dan terdasar dari matematika yang digunakan
oleh hampir semua orang, dari perhitungan dasar sehari-hari sampai perhitungan
di dunia bisnis dan sains. Aritmatika yang digunakan sehari-hari oleh kita
semua biasanya hanya aritmatika dasar yang mencakup penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian, padahal masih banyak lagi cabang-cabang dari
aritmatika yang lebih kompleks seperti pemangkatan, persentase, akar, dll. Yang
menggunakan aritmatika kompleks seperti teori bilangan dan sebagainya ialah
para ahli-ahli matematika dan ilmuwan-ilmuwan sains.
Johann Carl Friedrich Gauß (juga dieja Gauss) merupakan tokoh
Aritmatika yang lahir di Braunschweig, 30 April 1777 dan
meninggal di Göttingen, 23 Februari 1855 pada umur 77 tahun, adalah
matematikawan, astronom, dan fisikawan Jerman yang memberikan beragam
kontribusi. Ia dipandang sebagai salah satu matematikawan terbesar sepanjang
masa selain Archimedes dan Isaac Newton. Dilahirkan di Braunschweig, Jerman,
saat umurnya belum genap 3 tahun, ia telah mampu mengoreksi kesalahan daftar
gaji tukang batu ayahnya. Menurut sebuah cerita, pada umur 10 tahun, ia membuat
gurunya terkagum-kagum dengan memberikan rumus untuk menghitung jumlah suatu
deret aritmatika berupa penghitungan deret 1+2+3+...+100. Di sekolahnya, Gauss
dikenal merupakan anak yang dapat dikatakan seorang pembuat masalah, namun juga
merupakan orang yang memiliki kemampuan memecahkan masalah. Pada saat itu,
gurunya memberikan soal sulit pada anak muridnya yang juga termasuk Gauss di
dalamnya. Saat itu Gauss terbilang masih muda untuk menyelesaikan soal
perhitungan 1+2+3+4+...+100. Gurunya bermaksud memberikan soal ini agar sang
guru tak perlu mengajar dan dapat beristirahat. Dia yakin bahwa untuk
menyelesaikan soal tersebut, butuh waktu lama. Namun, ternyata Gauss berhasil
memecahkannya dalam waktu yang cepat. Sang guru pun terkagum-kagum dengan hasil
pemecahan Gauss yang cepat dan tepat. Gauss menciptakan cara untuk menghitung
deret aritmatika. Cara yang Gauss ciptakan untuk menghitung deret aritmatika
tersebut memang telah disederhanakan menjadi rumus " Dn = n/2
(U1+Un)" yang lebih sederhana, namun tetap berdasarkan cara yang ditemukan
Gauss sendiri. Meski cerita ini hampir sepenuhnya benar, soal yang diberikan
gurunya sebenarnya lebih sulit dari itu.
C. Filosopi Sejarah Aritmatika
Diperkirakan manusia
sudah mengenal aritmatika sejak zaman prasejarah atau sebelum ditemukannya
tulisan, sekitar 20.000 SM−18.000 SM. Ini dibuktikan dengan ditemukannya tulang
ishango di Kongo, Afrika. Pada tulang betis kera purba tersebut terdapat
goresan-goresan tegak lurus. Menurut penemunya Jean de Heinzelin de Braucourt
(seorang ilmuwan Belgia), goresan-goresan tersebut adalah cara yang dipakai
oleh manusia purba dalam berhitung. Setiap goresan melambangkan angka yang
dihitungnya. Sistem ini juga digunakan oleh bangsa Sumeria untuk menghitung
jumlah ternaknya, tulisan berbentuk baji ini ditulis di atas tanah liat yang
digores dengan menggunakan logam. Perkembangan selanjutnya goresan-goresan yang
banyak tersebut diubah menjadi simbol dan mulai digunakan oleh orang Mesir.
Angka-angka berbentuk simbol atau gambar (disebut juga dengan hieroglif) ini
yang mengartikan jumlah tertentu. Aritmetika mulai berkembang pesat saat zaman
Yunani. Tahun 1200 SM, Leonardo of Pisa menulis dalam “Liber Abaci” tentang
penggunaan metode India sebagai metode menghitung yang luar biasa. Mereka
menggunakan angka/simbol Hindu-Arab dengan menggunakan sembilan angka dan
simbol nol. Fibonacci memperkenalkan metode ini dan menyebarluaskan ke Eropa
penggunaan angka bergaya India ini (Latin Modus Indorum). Angka-angka inilah
yang kita kenal sekarang sebagai angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 0.
Sejarah tertua dari
Aritmatika ialah sejarah dari bangsa mesir dan babilonia kuno yang menggunakan
operasi aritmatika sejak 2000 tahun sebelum masehi. Operasi aritmatika dasar
digunakan untuk kegiatan sehari-hari seperti berdagang, bertransaksi, dan
lain-lain, sementara aritmatika kompleks atau rumit digunakan untuk merancang
bangunan dan alat-alat lain. Sistem bilangan pada jaman dahulu bukanlah
sistem desimal (basis 10) seperti saat ini tetapi sistem sexagesimal (basis 60)
untuk bangsa babilonia dan vigesimal (basis 20) untuk bangsa maya kuno. Sistem
angka pun awalnya bukan sistem angka arab (0,1,2...) seperti yang sekarang
banyak digunakan tetapi kebanyakan negara-negara menggunakan sistem angka
romawi (I,II,III...), angka romawi sudah tidak banyak digunakan sekarang karena
angka romawi tidak mengenal angka 0.
Lalu, siapakah penemu angka nol?
Sebuah
sumbangan yang sangat cerdas untuk aritmatika dibuat oleh Abu Abdullah
Muhammad bin Musa al-Khwarizmi (780-850 M)--- seorang ahli matematika
muslim kelahiran Khwarizm Kheva, sebuah kota di sebelah selatan sungai Ocus
Uzbekistan---- yang telah menciptakan angka nol atau “Sifr” untuk pertama
kalinya pada tahun 830 M, dalam sebuah karyanya yang terkenal yaitu Al-Maqala
fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah (The Book of Summary in the Proces
of Calculation for Compulsion and Equation). Mulai saat itu lahirlah satu sistem bilangan desimal
baru yang dilengkapi dengan simbol nol, sebagai tanda kelipatan sepuluh,
kelipatan seratus, kelipatan seribu, kelipatan sejuta dan seterusnya,
sebagaimana yang kita gunakan sekarang ini.
Aritmatika, selanjutnya mendapat
tempat yang luas dari para filosuf atau ilmuan muslim pada saat itu. Misalnya
saja, oleh Ibnu Sina dalam bukunya yang berjudul “al-Syifa”, ia telah
mengabadikan aritmatika dalam bukunya tersebut dengan judul “al-Hisab”
D.
Penelitian Yang
berkaitan dengan Aritmatika
Adapun Penelitian yang sudah di lakukan
oleh Orang- Orang baik sebagai Mahasiswa maupun Seorang Guru atau Dosen untuk
mempelajari Aritmatika lebih lanjut antara lain :
1.
Penelitian yang
di lakukan oleh Nurhikmah¹, Sudarman
Bennu dan Sutji Rochaminah² merupakan ¹Mahasiswa Program Studi Magister
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Tadulako ²Dosen Pengajar Program
Studi Magister Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Tadulako, dengan judul
penelitian ‘’ PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
KOMUNIKASI MATEMATIS PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL SISWA KELAS VII SMP NEGERI 9
PALU’’ dalam e-Jurnal Mitra Sains, Volume 4 Nomor 4, Oktober 2016 hlm
92-101. ISSN: 2302-2027.
2.
Penelitian
Hairil Anwar di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 4 Banjarmasin
Kalimantan Selatan, dengan judul penelitian ‘’ HASIL
BELAJAR BARISAN DAN DERET ARITMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN SKRIP KOOPERATIF ‘’ dalam Jurnal
Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)-2017.
3.
Penelitian Rifda Khairunnisa1), Nining Setyaningsih2)
Universitas Muhammadiyah,
dengan judul ‘’
ANALISIS METAKOGNISI SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH ARITMATIKA SOSIAL DITINJAU DARI PERBEDAAN
GENDER’’ dalam PROSIDING ISSN:
2502-6526.
E.
Manfaat Belajar Aritmatika
Melalui belajar aritmatika seorang anak akan
memperoleh banyak manfaat diantaranya:
1)
Meningkatkan kemampuan berhitung lebih cepat
di atas rata-rata anak.
2)
Kemampuan cara berfikir lebih cepat dan tepat.
3) Menyeimbangkan
penggunaan otak kiri dan otak kanan serta mengoptimalkannya
untuk mencapai tingkat berfikir yang analitis
dan logika berfikir yang benar.
(4)Terlatihnya daya fikir dan konsentrasi, membantu
anak untuk menguasai pelajaran
yang lainnya.
(5) Menumbuh kembangkan imajinasi sehingga kreatifitas anak
berkembang.
(6) Membiasakan diri dengan angka-angka, membuat anak
tidak lagi alergi pada
pelajaran eksakta.
(7) Biasanya dalam mengerjakan soal matematika yang
menjadi kendala adalah lupa
rumus dan tidak tahu berhitung, olehnya harus
belajar aritmatika dan perlu belajar
mental aritmatika membantu meningkatkan daya
ingat.
(8)
Bermanfaat dalam kehidupan sehari hari sering digunakan untuk kegiatan sehari-hari seperti
berdagang, bertransaksi, dan lain-lain. Aritmatika kompleks atau rumit digunakan untuk
merancang bangunan dan alat-alat lain.
F.
Kesimpulan
Aritmatika berasal dari kata yunani ἀριθμός (baca:
arithmos) yang artinya angka. Aritmatika ialah cabang tertua dan terdasar dari
matematika yang digunakan oleh hampir semua orang, dari perhitungan dasar
sehari-hari sampai perhitungan di dunia bisnis dan sains. Operasi-operasi
aritmatika dasar ialah penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Operasi-operasi ini disebut operasi dasar karena merupakan dasar dari
operasi-operasi aritmatika tingkat kompleks. Fungsi aritmatika merupakan kumpulan
fungsi yang berisi perintah-perintah untuk mengolah data yang berupa numerik
(angka). Operasi aritmatika
dasar digunakan untuk kegiatan sehari-hari seperti berdagang, bertransaksi, dan
lain-lain, sementara aritmatika kompleks atau rumit digunakan untuk merancang
bangunan dan alat-alat.







0 komentar:
Posting Komentar