Minggu, 25 Agustus 2019

SOAL HOTS TIPE ANALISIS UNTUK SMA


SOAL HOTS TIPE ANALISIS UNTUK SMA
Baidil1, Somakim2
1,2Prodi Magister Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sriwijaya

Abstract
The purpose of this study is to develop mathematical questions that use analysis of the type of High Order Thingking (HOT). The use of research methods in the form of design research is the type of development studies or research development. The process is a preliminary and formative evaluation consisting of self evaluation, expert reviews, one-to-one, small group and field tests. n collecting the data, it is done using document techniques, walkthroughs, interviews, tests, and observations. Then the data analysis was obtained by descriptive method. This research produces valid, practical
questions and has potential effects. The validity of the questions will be seen from the results of the walkthrough with the expert, the expert review process that is tested with students through one to one, while the practicality of the question is seen from the teacher and students how to use it which is not much difficulty. Whereas the potential effects of the problem will be seen in the small group and the students' mathematical literacy abilities are seen in the field test.
Keywords: High Order Thingking (HOT)

Tujuan dari penelitian ini, mengembangkan soal-soal matematika yang High Order Thingking(HOT) tipe analisis. Adapun penggunaan metode penelitian yang dilaksanakan berupa design research yang tipe nya yaitu development studies atau penelitian pengembangan.  Proses nya yaitu preliminary dan formative evaluation terdiri dari self evaluation, expert reviews, one-to-one, small group¸serta field test. Dalam mengumpulkan datanya dilakukan dengan teknik dokumen, walkthrough, wawancara, tes, serta observasi. Kemudian dilakukan analisis data yang di peroleh dengan cara deskriptif. Penelitian ini menghasilkan  soal  valid, praktis dan  mempunyai efek potensial. Kevalidan soal akan terlihat dari hasil walkthrough dengan expert, proses expert review yang di ujikan dengan siswa melalui one to one, sedangkan Kepraktisan soal dilihat dari guru dan siswa cara penggunaannya yang tidak banyak kesulitan. Sedangkan efek potensial soal akan terlihat di small group serta kemampuan literasi matematika siswa terlihat di field test.
Kata Kunci: High Order Thingking(HOT)

Cara Menulis Sitasi : Baidil., Somakim. (2018). Soal Hots Tipe Analisis Untuk SMA. Jurnal Pendidikan Matematika, nomor volume (nomor-issue), halaman.


Dalam meningkatkan kualitas manusia sebagai sumber daya berpotensi serta meningkatkan skor PISA di Indonesia yang masih tertinggal, sangat dibutuhkan sekali dalam  perubahan dan pembaharuan di berbagai aspek pendidikan. Yang pertama dilakukan, bagaimana mengetahui serta mengenali semua kemampuan siswa yang meyeluruh dan berbagai disiplin ilmu. Faktor utama kemampuan berpikir masih rendah disebabkan kurangnya dalam pelatihan menyelesaikan soal-soal yang meminta siswa harus menganalisis, mengevaluasi, serta menciptakan. Dimana guru melaksanakan pembelajaran khususnya mata pelajaran matematika masih secara prosedural, yang dilakukan nya adalah konsentrasi dengan latihan soal dan cara menyelesaikan (Sari, Somakim & Hartono, 2018). Hal ini sejalan dengan pendapat (Susanti, 2016), bahwa guru harus profesional terutama guru mata pelajaran matematika karena yang dibutuhkan yaitu materi serta soal bersipat kontekstual guru diharapkan mampu mendesain sendiri sebagai peningkatan proses pembelajaran yang berkualitas dan sebagai penilaian yang di lakukan. Ada juga menurut (Dewi, 2016), bahwa karakteristik soal semacam itu merupakan sebagai alat ukur yang di gunakan dalam kemampuan Higher Order Thinking Skill (HOTS).
Didalam hasil revisi Taksonomi Bloom yang dikemukakan bahwa dua hal dalam kognitif, pertama Higher Order Thinking Skill atau disebut dengan HOTS yaitu tingkat berpikirnya sudah tinggi. Kedua  Lower Order Thinking Skill  yang disebut dengan LOTS yang artinya tingkat berpikinya masih  rendah. Untuk berfikir yang kemampuannya masih rendah yaitu level C1, C2 dan C3 ialah kemampuan dalam mengingat, memahami serta menerapkan, sedangkan untuk berfikir yang kemampuannya sudah tinggi terdiri dari tingkatan level C4, C5 dan C6 yaitu menganalisis, mengevaluasi serta mencipta (Anderson & Krathworl, 2001: 68-88). Higher Order Thinking Skill (HOT) adalah  kemampuan yang di gunakan siswa berdasarkan fakta yang ada dalam pemecahan suatu permasalahan yang tepat serta efektif, informasi yang di eksplorasi sendiri  di gunakan sebagai dasar untuk struktur dan kaitannya. Hal ini senada dengan pendapat (Pratama & Istiyono :2015) bahwa kemampuan berfikir tingkat tinggi atau disebut dengan HOTS adalah yang tingkat berfikirnya bukan cuma hafalan atau informasi telah dapat kemudian disampaikan kembali
Dalam melihat seseorang yang mempunyai  kemampuan Higher Order Thinking Skills, maka diperlukan beberapa indikator yang di jadikan sebagai ukuran untuk mengukur orang yang tingkat kemampuan di milikinya. Adapun  indicator dalam mengukur level C4 atau menganalis yaitu focus pada argument yang di analisis, topik utama, mengkontraskan dan membandingkan (Brookhart: 2010). Ada juga hal yang bisa menyebabkan peristiwa atau argument dalam memberikan dukungan dari sebuah pernyatan, seorang yang kemampuannya dapat menunjukan hal-hal sebuah masalah dan menentukan kaitan dari hal tersebut maka ini disebut dengan tingkat kemampuan dalam menganalisis (Sudrajat, 2011 ; Kurniati, dkk, 2016).
Guru yang memiliki kemampuan baik dari segi perencanaan maupun pengelolaan dalam proses pemebelajaran yang mengajarkan siswa baik secara keterampilan, bersikap dan kemampuan berfikir logis siswa secara efektif dan efisien, hal ini adalah proses yang di perlukan sekali dalam mengembangkan kemampuan Higher Order Thinking Skills (Susanto & Retnawati: 2016). Sejalan dengan pendapat (Budiman & Jailani : 2014) bahwa prioritas utama dalam belajar matematika adalah berfikir yang tingkat kemampuan level berfikir nya lebih tinggi dan lebih terampil.
Sesuai dari latar belakang diatas. Peneliti mengembangkan soal HOTS tipe analisis dengan valid serta praktis dalam melihat efek potensial soal terhadap kompetensi literasi matematika  SMA untuk siswa Kelas XII.

METODE                    

Metode yang di gunakan di dalam penelitian ini adalah design research yang tipe development studies (Tessmer, 1993; Zulkardi, 2006). Penelitian pengembangan ini adalah jenis penelitian dengan tujuan untuk menghasilkan karakteristik soal HOTS tipe analisis  dengan valid serta praktis dalam melihat efek potensial soal terhadap kompetensi literasi matematika  SMA untuk siswa Kelas XII. Adapun pelaksanaan nya  dilakukan menjadi dua tahap ialah, preliminary  dan  formative evaluation, alur formative evaluation sesuai dengan gambar berikut.


 






Gambar. 1 alur desain formative evaluation.
Pelaksanaan penelitian ini di lakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2018/2019. Siswa  SMA Negeri 1 Palembang di kelas XII berjumlah 36 orang  yang sebagai subjek penelitian.
Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan dan menganalisis data penelitian dilakukan ini yaitu  dokumen, walkthrough, dokumentasi, tes serta wawancara. Dokumentasi dilakukan oleh peneliti guna mengumpulkan data dari validator dan siswa yang bersipat komentar atau saran serta lembar jawaban yang di kerjakan siswa, rekaman serta video proses penelitian yang berlansung. Proses dokumentasi di lakukan mulai dari one-to-one, small group, sampai dengan field test. Sedangkan proses walkthourgh dilakukan pada saat validasi bersama para expert review untuk mendapatkan saran dan komentarnya  dalam melihat kevalidan prototype yang dikembangkan.
Kemudian di lakukan tes guna melihat kemampuan literasi matematika siswa terhadap prototipe yang di peroleh. Langkah yang digunakan dalam menganalisis data tes siswa antara lain, yaitu membuat kunci jawaban serta pensekoran jawaban,  memeriksa jawaban tes sesuai dengan kunci jawaban yang di buat, pemberian skor pada jawaban siswa yang suda di tentukan.Selanjutnya peneliti melakukan wawancara guna menanyakan point besar saja dengan siswa di saat proses one to one, small group serta field test.
Observasi yang dilakukan peneliti guna melihat siswa apa saja di lakukan nya ketika  one to one, small group dan field test sedang berlangsung. Hasil dari observasi one to one dan small group akan di analisis secara deskriptif guna sebagai acuan dalam merevisi prototipe yang di kembangkan, sedangkan observasi pada tahap field test di gunakan dalam membantu melihat kemampuan literasi matematika siswa terhadap prototipe yang di hasilkan. Semua hasil dokumentasi, walkthrough serta wawancara akan dianalisis peneliti dengan cara deskriftif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian

Penelitian ini telah menghasilkan soal HOTS tipe analisis dengan valid dan praktis serta memilki efek potensial terhadap kemampuan literasi matematika siswa materi geometri SMA. Adapun prosedur penelitian yang dilaksanakan ialah pertama proses preliminary yang kedua formative evaluation terdiri dari self evaluation, expert reviews, one-to-one, small group¸dan field test. Sedangkan dalam proses preliminary dimana seorang peneliti menentukan subjek dan tempat sebagai penelitian, kemudian meninjau literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. Setelah nya peneliti menganalisis materi untuk mengetahui kompetensi dasar serta kompetensi inti geometri berkaitan tentang soal HOTS tipe analisis SMA  dan kurikulum yang di gunakan yaitu kurikulum  2013 revisi 2017. Peneliti pun mendesain instrumen soal, rubrik pensekoran serta menentukan validator untuk memvalidasi instrumen soal yang telah didesain.
Didalam tahap self Evaluation ini peneliti mengevaluasi instrumen yaitu kisi soal, kartu soal, rubrik pensekoran.Semua instrumen tersebut di lihat dari segi konten, konstruk, dan bahasa. Didalam pelaksanaan nya peneliti meminta bantuan dari teman sejawat yaitu  guru SMA N 1 Palembang ialah ibu Uswa hasana guru mata pelajaran matematika kelas XII untuk mengevaluasi instrumen yang sudah dibuat. Hasil evaluasi dari guru dalam tahap self evaluation ini dinamakan prototipe 1 yang sesuai soal gambar 2.
Pemerintah dan pelajar sumatera selatan dalam rangkah memperingati hari Pahlawan 10 November  2018, setiap tahun nya mengadakan upacara di depan istana gubernur.  Rudi yang terpilih sebagai pemimpin upacara, yang melakukan penghormatan bendera merah putih  sejauh 15 meter dengan tinggi tiang bendera 10 meter.  Jika tinggi rudi 1,7 meter maka berapa  jarak pandang rudi dengan  tinggi bendera.
Gambar 2. Soal proses prototipe 1.

 
 


Proses expert reviews serta  one-to-one yang bersamaan di laksanakan. Pada tahap ini para ahli memvalidasi instrumen soal prototipe 1 yang telah dibuat akan di tinjau baik secara konten, konstruk, serta bahasa yang di gunakan. Dosen pakar/ahli yang sebagai validator nya adalah Dr. Desteniar, M.Pd merupakan seorang dosen Universitas PGRI Palembang untuk mereview dan  memberikan saran serta masukan yang berkaitan dengan soal HOTS baik secara konten, konstruk dan bahasanya. Semua komentar dan saran dari ahli/expert akan di gunakan peneliti dalam meningkatkan kualitas soal yang telah di desain.
Setelah dengan expert review, peneliti juga melakukan uji coba soal protipe 1 dalam tahap one to one. Soal yang di ujicobakan adalah soal HOTS tipe analisis bersama 3 orang siswa yang kemampuannya terdiri daritinggi, sedang dan rendah. Adapun fokus utama dalam proses one to one ini adalah mendapatkan informasi tambahan dari siswa tentang kejelasan dari maksud soal dan saran dalam memperbaiki soal, mengetahui kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah yang terdapat pada soal.
Peneliti merevisi kembali soal prototipe 1 sesuai dengan komentar serta yang disarankan dalam  proses expert review maupun one to one, sehingga memperoleh instrumen soal yang baru dan disebut dengan prototipe 2, sesuai dengan soal gambar 3.
Gambar 3. Soal prototipe 2.

 
Pemerintah dan pelajar Sumatera Selatan dalam rangkah memperingati hari Pahlawan 10 November  2018, setiap tahun nya mengadakan upacara di depan Istana Gubernur.  Rudi yang terpilih sebagai pemimpin upacara, yang melakukan penghormatan bendera merah putih  sejauh 15 meter dengan tinggi tiang bendera 10 meter.  Jika tinggi rudi 1,7 meter maka berapa  jarak pandang rudi dengan puncak tinggi bendera.
Instrumen soal protipe 2 ini adalah prototipe yang telah valid, dalam melakukan revisi nya sesuai dengan saran dan komentar baik dari ahli/pakar maupun  siswa sebagai subjek penelitian yang disesuaikan dengan konten, konstruk serta bahasa yang digunakan.
Di dalam tahap small group, soal yang di hasilkan dari perbaikan dalam proses expert reviews and  one-to-one nantinya menjadi sebuah prototype 2. kemudian di ujicobakan kepada 6 orang siswa yang di bagi menjadi 2 kelompok dengan kemampuan rendah, sedang dan tinggi yang masing masing 2 orang. Yang menjadi fokus utama dalam small group ini adalah melihat kelemahan, kelebihan dan ke efektivan dari prototipe 2 yang sudah  dibuat. Di dalam proses smal group terlihat semua siswa dapat mengerjakan soal yang di ujikan tanpa terlihat kesulitan baik dari segi gambar yang di gunakan maupun maksud dari tujuan soal, maka soal protipe 2 dapat di katakan sudah praktis. Gambar 4 salah satu jawaban siswa di dalam tahap small group.









Gambar 4. Jawaban siswa protipe 2 tahap small graoup

 
 






Pada Gambar 4 memperlihat kan siswa telah mampu menjawab soal dengan benar, didalam proses wawancara dengan salah satu siswa small group yang dilakukan maka peneliti mendapatkan informasi bahwa siswa menyatakan soal  yang di sajikan sudah jelas dan mudah dimengerti. Berdasarkan hasil wawancara  tersebut, peneliti berkesimpulan soal akan di pertahankan tanpa di lakukan revisi ulang. Hasil dari proses small group ini akan menjadi protipe 3 yang akan di ujikan ketahap selanjutnya yaitu tahap field test.
Pada Gambar 4 memperlihat kan siswa telah mampu menjawab soal dengan benar, didalam proses wawancara dengan salah satu siswa small group yang dilakukan maka peneliti mendapatkan informasi bahwa siswa menyatakan soal  yang di sajikan sudah jelas dan mudah dimengerti. Berdasarkan hasil wawancara  tersebut, peneliti berkesimpulan soal akan di pertahankan tanpa di lakukan revisi ulang. Hasil dari proses small group ini akan menjadi protipe 3 yang akan di ujikan ketahap selanjutnya yaitu tahap field test.

SIMPULAN DAN SARAN

Peneliti memberikan kesimpulan sesuai dengan pembahasan yang didapatkan yaitu:
1.  Soal High Order Thingking (HOT) tipe analisis yang telah dihasilkan dalam penelitian ini adalah sudah valid serta praktis dan juga mempunyai efek potensial. Kevalidan nya dapat dilihat berdasarkan penilaian validator di tahap expert review serta one to one yang membuktikan soal tersebut sudah valid secara konten, konstruk serta penggunaan bahasa. Kemudian di dalam proses small group memperlihatkan bagaimana siswa mampu menyelesaikan soal secara baik tanpa banyak kesulitan. Soal ini baru sampai di tahap small group karena keterbatasan waktu sehingga belum dapat di ujikan ke tahap field test.
2. Dari hasil analisis jawaban siswa small group bahwa kemampuan analisis soal HOTS sudah tergolong baik.
Peneliti pun memberikan saran antara lain:
1. Para pendidik, dari penelitian yang di hasilkan ini hendaknya bisa dijadikan  perbendaharaan soal dan dilakukan setiap sekolah.
2. Para peneliti selanjutnya, penelitian ini bisa  dijadikan sumber atau referensi yang baru dalam mengembangkan soal High Order Thingking (HOT) tipe analisis

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. (2001).  A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing:  A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educatioanl Objectives. New York: Addison Wesley Longman, In.
Budiman, A., & Jailani. (2014).  Pengembangan Instrumen Asesmen Higher Order Thinking Skill (Hots) Pada Mata Pelajaran Matematika SMP Kelas VII. Jurnal Riset Pendidikan Matematika. 1 (2), 139-151.
Brookhart, S. M. (2010). How to assess higherorder thinking skills in your classroom. Alexandria: ASCD.
Dewi, Nastitisari. (2016). Analisis Kemampuan Berpikir Kompleks Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Mind Mapping. Jurnal EduSains. (Online), Jilid 8, No. 1,  (http://journal.uinjkt. ac.id/index. php/ edusains), diakses pada 30 November 2018.
Kurniati, D., Harimukti, R., & Jamil, N. A. (2016). Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMP  di Kabupaten Jember dalam menyelesaikan Soal  Berstandar Pisa. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan.  20 (2),  142-155.
Pratama, N. S., & Istiyono, E. (2015). Studi Pelaksanaan Pembelajaran Fisika  Berbasis Higher Order Thinking (HOTS)  pada Kelas X di SMA Negeri Kota Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6. 6 (1) ,104-112.
Sari, E.F.P., Somakim., & Hartono, Y. (2018). Etnomatematika Pada Kebudayaan Rumah Adat Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan. Journal of Medives. (Online), Jilid 2, No. 1, (http://e-journal.ikip-veteran.ac.id/index.php/matematika/article/view/557), diakses 30 November 2018.
Susanti,  E. (2016). Pengembangan Soal Matematika Tipe Timss Menggunakan Konteks Rumah Adat Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Pendidikan Matematika, 10 (2), 1-21.
Susanto, E., & Retnawati, H. (2016). Perangkat Pembelajaran Matematika Bercirikan Pbl  Untuk Mengembangkan Hots Siswa SMA. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 3 (2) : 189-197.
Tessmer, M. (1993). Planning and Conducting Formative Evaluations. London: Kogan Page.
Zulkardi. (2006). Formative Evaluation: What, Why, When, How, (Online), (http://www.reocities.com/zulkardi/reviewzulkardi.html), diakses 6 September 2018.


0 komentar:

Posting Komentar