SOAL HOTS TIPE ANALISIS
UNTUK SMA
Baidil1,
Somakim2
1,2Prodi
Magister Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sriwijaya
Abstract
The
purpose of this study is to develop mathematical questions that use analysis of
the type of High Order Thingking (HOT). The use of research methods in the form
of design research is the type of development studies or research development.
The process is a preliminary and formative evaluation consisting of self
evaluation, expert reviews, one-to-one, small group and field tests. n
collecting the data, it is done using document techniques, walkthroughs,
interviews, tests, and observations. Then the data analysis was obtained by
descriptive method. This research produces valid, practical
questions and has
potential effects. The validity of the questions will be seen from the results
of the walkthrough with the expert, the expert review process that is tested
with students through one to one, while the practicality of the question is
seen from the teacher and students how to use it which is not much difficulty.
Whereas the potential effects of the problem will be seen in the small group
and the students' mathematical literacy abilities are seen in the field test.
Keywords: High
Order Thingking (HOT)
Tujuan dari penelitian ini, mengembangkan
soal-soal matematika yang High Order Thingking(HOT) tipe analisis. Adapun penggunaan metode penelitian
yang dilaksanakan berupa
design research yang tipe nya yaitu
development studies atau penelitian pengembangan. Proses nya yaitu preliminary dan formative evaluation terdiri dari self evaluation,
expert reviews, one-to-one, small group¸serta field test. Dalam mengumpulkan datanya dilakukan dengan teknik dokumen, walkthrough, wawancara, tes, serta
observasi. Kemudian dilakukan analisis data yang di peroleh dengan
cara deskriptif.
Penelitian ini menghasilkan soal valid, praktis dan mempunyai efek potensial. Kevalidan
soal akan terlihat dari hasil walkthrough
dengan expert, proses expert review
yang di ujikan dengan siswa melalui one to one, sedangkan Kepraktisan soal
dilihat dari guru dan siswa cara penggunaannya yang tidak banyak kesulitan.
Sedangkan efek potensial soal akan terlihat di small group serta kemampuan literasi matematika siswa terlihat di field test.
Kata Kunci: High Order Thingking(HOT)
Cara Menulis Sitasi : Baidil., Somakim. (2018). Soal Hots Tipe
Analisis Untuk SMA. Jurnal Pendidikan
Matematika, nomor volume (nomor-issue), halaman.

Dalam meningkatkan kualitas manusia sebagai sumber daya berpotensi serta meningkatkan skor PISA di Indonesia
yang masih tertinggal, sangat dibutuhkan sekali dalam perubahan dan pembaharuan di berbagai aspek
pendidikan. Yang pertama dilakukan, bagaimana mengetahui serta mengenali semua
kemampuan siswa yang meyeluruh dan berbagai disiplin ilmu. Faktor utama
kemampuan berpikir masih rendah disebabkan kurangnya dalam pelatihan menyelesaikan
soal-soal yang meminta siswa harus menganalisis, mengevaluasi, serta
menciptakan.
Dimana guru melaksanakan pembelajaran khususnya mata pelajaran matematika
masih secara prosedural, yang dilakukan nya adalah konsentrasi dengan latihan
soal dan cara menyelesaikan (Sari,
Somakim & Hartono, 2018). Hal ini sejalan dengan pendapat (Susanti, 2016), bahwa guru harus
profesional terutama guru mata pelajaran matematika karena yang dibutuhkan
yaitu materi serta soal bersipat kontekstual guru diharapkan mampu mendesain
sendiri sebagai peningkatan proses pembelajaran yang berkualitas dan sebagai
penilaian yang di lakukan. Ada
juga menurut (Dewi, 2016), bahwa karakteristik soal semacam itu merupakan sebagai alat ukur yang di gunakan
dalam kemampuan Higher Order Thinking
Skill (HOTS).
Didalam hasil revisi Taksonomi Bloom yang dikemukakan
bahwa dua hal dalam kognitif, pertama
Higher Order Thinking Skill atau
disebut dengan HOTS yaitu tingkat berpikirnya sudah tinggi. Kedua Lower
Order Thinking Skill yang disebut
dengan LOTS yang artinya tingkat berpikinya masih rendah. Untuk berfikir yang kemampuannya
masih rendah yaitu level C1, C2 dan C3 ialah kemampuan dalam mengingat,
memahami serta menerapkan, sedangkan untuk berfikir yang kemampuannya sudah tinggi
terdiri dari tingkatan level C4, C5 dan C6 yaitu menganalisis, mengevaluasi
serta mencipta (Anderson & Krathworl, 2001: 68-88). Higher Order Thinking Skill (HOT) adalah kemampuan yang di gunakan siswa berdasarkan fakta yang ada dalam pemecahan suatu permasalahan yang tepat serta efektif, informasi yang di
eksplorasi sendiri di gunakan sebagai
dasar untuk struktur dan kaitannya. Hal ini
senada dengan pendapat (Pratama & Istiyono :2015) bahwa kemampuan berfikir
tingkat tinggi atau disebut dengan HOTS adalah yang tingkat berfikirnya bukan cuma hafalan atau informasi telah
dapat kemudian disampaikan kembali
Dalam melihat seseorang yang mempunyai kemampuan Higher Order
Thinking Skills, maka diperlukan beberapa indikator yang di jadikan
sebagai ukuran untuk mengukur orang yang
tingkat kemampuan di milikinya. Adapun indicator dalam mengukur level C4 atau menganalis yaitu focus pada
argument yang di analisis, topik utama,
mengkontraskan dan membandingkan (Brookhart:
2010). Ada juga hal yang bisa menyebabkan peristiwa atau
argument dalam memberikan dukungan dari sebuah pernyatan, seorang yang
kemampuannya dapat menunjukan hal-hal sebuah masalah dan menentukan kaitan dari
hal tersebut maka ini disebut dengan tingkat kemampuan dalam menganalisis (Sudrajat,
2011 ; Kurniati, dkk, 2016).
Guru
yang memiliki kemampuan baik dari segi perencanaan maupun pengelolaan dalam
proses pemebelajaran yang mengajarkan siswa baik secara keterampilan, bersikap
dan kemampuan berfikir logis siswa secara efektif dan efisien, hal ini adalah
proses yang di perlukan sekali dalam mengembangkan kemampuan Higher Order Thinking Skills (Susanto &
Retnawati: 2016). Sejalan dengan pendapat (Budiman & Jailani : 2014) bahwa prioritas
utama dalam belajar matematika adalah berfikir yang tingkat kemampuan level
berfikir nya lebih tinggi dan lebih terampil.
Sesuai dari latar belakang diatas.
Peneliti mengembangkan soal HOTS tipe analisis dengan valid serta praktis dalam
melihat efek potensial soal terhadap kompetensi literasi matematika SMA untuk siswa Kelas XII.
METODE
Metode
yang di gunakan di dalam penelitian ini adalah design research yang tipe development studies (Tessmer, 1993;
Zulkardi, 2006). Penelitian pengembangan ini adalah jenis penelitian dengan
tujuan untuk menghasilkan karakteristik soal HOTS tipe analisis dengan valid serta praktis dalam melihat
efek potensial soal terhadap kompetensi literasi matematika SMA untuk siswa Kelas XII. Adapun pelaksanaan nya dilakukan
menjadi dua tahap ialah, preliminary dan
formative evaluation, alur formative evaluation sesuai dengan gambar berikut.
![]() |
Gambar. 1 alur desain formative evaluation.
Pelaksanaan
penelitian ini di lakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2018/2019.
Siswa SMA Negeri 1 Palembang di kelas
XII berjumlah 36 orang yang sebagai
subjek penelitian.
Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan
dan menganalisis
data penelitian dilakukan ini yaitu dokumen, walkthrough, dokumentasi, tes serta
wawancara. Dokumentasi dilakukan oleh peneliti guna mengumpulkan data dari validator dan siswa yang bersipat komentar atau
saran serta lembar jawaban yang di kerjakan siswa,
rekaman serta video proses penelitian yang berlansung. Proses dokumentasi di
lakukan mulai dari one-to-one, small
group, sampai dengan field test.
Sedangkan proses walkthourgh dilakukan pada saat validasi bersama para expert
review untuk mendapatkan saran dan komentarnya
dalam melihat kevalidan prototype yang dikembangkan.
Kemudian
di lakukan tes guna melihat kemampuan literasi matematika siswa terhadap
prototipe yang di peroleh. Langkah yang digunakan dalam menganalisis data tes
siswa antara lain, yaitu membuat kunci jawaban serta pensekoran jawaban, memeriksa jawaban tes sesuai dengan kunci
jawaban yang di buat, pemberian skor pada jawaban siswa yang suda di
tentukan.Selanjutnya peneliti melakukan wawancara guna menanyakan point besar
saja dengan siswa di saat proses one to
one, small group serta field test.
Observasi yang
dilakukan peneliti guna melihat siswa apa saja di lakukan nya ketika one to
one, small group dan field test sedang berlangsung.
Hasil dari observasi one to one dan small group akan di analisis secara
deskriptif guna sebagai acuan dalam merevisi prototipe yang di kembangkan,
sedangkan observasi pada tahap field test
di gunakan dalam membantu melihat kemampuan literasi matematika siswa terhadap
prototipe yang di hasilkan. Semua hasil dokumentasi, walkthrough serta wawancara akan dianalisis peneliti dengan cara deskriftif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian
Penelitian ini telah menghasilkan
soal HOTS tipe analisis dengan valid dan praktis serta memilki efek potensial
terhadap kemampuan literasi matematika siswa materi geometri SMA. Adapun
prosedur penelitian yang dilaksanakan ialah pertama proses preliminary yang kedua formative
evaluation terdiri dari self
evaluation, expert reviews, one-to-one, small group¸dan field test. Sedangkan dalam proses preliminary dimana seorang peneliti menentukan
subjek dan tempat sebagai penelitian, kemudian meninjau literatur yang
berhubungan dengan penelitian ini. Setelah nya peneliti menganalisis materi
untuk mengetahui kompetensi dasar serta kompetensi
inti geometri berkaitan
tentang soal HOTS tipe analisis SMA dan kurikulum yang di gunakan yaitu kurikulum 2013 revisi 2017. Peneliti pun mendesain instrumen soal, rubrik pensekoran serta menentukan
validator untuk memvalidasi instrumen
soal yang telah didesain.
Didalam
tahap self Evaluation ini peneliti
mengevaluasi instrumen yaitu kisi soal, kartu soal, rubrik pensekoran.Semua
instrumen tersebut di lihat dari segi konten, konstruk, dan bahasa. Didalam pelaksanaan nya peneliti
meminta bantuan dari teman sejawat yaitu
guru SMA N 1 Palembang ialah ibu Uswa hasana guru mata pelajaran
matematika kelas XII untuk mengevaluasi instrumen yang sudah dibuat. Hasil
evaluasi dari guru dalam tahap self
evaluation ini dinamakan prototipe 1 yang sesuai soal gambar 2.
Pemerintah dan pelajar
sumatera selatan dalam rangkah memperingati hari Pahlawan 10 November 2018, setiap tahun nya mengadakan upacara di
depan istana gubernur. Rudi yang terpilih
sebagai pemimpin upacara, yang melakukan penghormatan bendera merah putih sejauh 15 meter dengan tinggi tiang bendera
10 meter. Jika tinggi rudi 1,7 meter
maka berapa jarak pandang rudi dengan tinggi bendera.
|
Proses expert reviews serta one-to-one
yang bersamaan di laksanakan. Pada
tahap ini para ahli memvalidasi instrumen soal prototipe 1 yang telah dibuat
akan di tinjau baik secara konten, konstruk, serta bahasa yang di gunakan.
Dosen pakar/ahli yang sebagai validator nya adalah Dr. Desteniar, M.Pd
merupakan seorang dosen Universitas PGRI Palembang untuk mereview dan memberikan saran serta masukan yang berkaitan
dengan soal HOTS baik secara konten, konstruk dan bahasanya. Semua komentar dan
saran dari ahli/expert akan di gunakan peneliti dalam meningkatkan kualitas
soal yang telah di desain.
Setelah
dengan expert review, peneliti juga melakukan uji coba soal protipe 1 dalam
tahap one to one. Soal yang di
ujicobakan adalah soal HOTS tipe analisis bersama 3 orang siswa yang
kemampuannya terdiri daritinggi, sedang dan rendah. Adapun fokus utama dalam proses one to one ini adalah mendapatkan
informasi tambahan dari siswa tentang kejelasan dari maksud soal dan saran
dalam memperbaiki soal, mengetahui kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah
yang terdapat pada soal.
Peneliti
merevisi kembali soal prototipe 1 sesuai dengan komentar serta yang disarankan
dalam proses expert review maupun one to one, sehingga memperoleh
instrumen soal yang baru dan disebut dengan prototipe 2, sesuai dengan soal
gambar 3.
|
Pemerintah dan pelajar Sumatera Selatan dalam
rangkah memperingati hari Pahlawan 10 November
2018, setiap tahun nya mengadakan upacara di depan Istana Gubernur. Rudi yang terpilih sebagai pemimpin upacara,
yang melakukan penghormatan bendera merah putih
sejauh 15 meter dengan tinggi tiang bendera 10 meter. Jika tinggi rudi 1,7 meter maka berapa jarak pandang rudi dengan puncak tinggi
bendera.
Instrumen soal protipe 2 ini adalah prototipe yang
telah valid, dalam melakukan revisi nya sesuai dengan saran dan komentar baik
dari ahli/pakar maupun siswa sebagai
subjek penelitian yang disesuaikan dengan konten, konstruk serta bahasa yang
digunakan.
Di
dalam tahap small group, soal yang di
hasilkan dari perbaikan dalam proses expert
reviews and one-to-one nantinya
menjadi sebuah prototype 2. kemudian
di ujicobakan kepada 6 orang siswa yang di bagi menjadi 2 kelompok dengan
kemampuan rendah, sedang dan tinggi yang masing masing 2 orang. Yang menjadi
fokus utama dalam small group ini
adalah melihat kelemahan, kelebihan dan ke efektivan dari prototipe 2 yang
sudah dibuat. Di dalam proses smal group terlihat semua siswa dapat
mengerjakan soal yang di ujikan tanpa terlihat kesulitan baik dari segi gambar
yang di gunakan maupun maksud dari tujuan soal, maka soal protipe 2 dapat di
katakan sudah praktis. Gambar 4 salah satu jawaban siswa di dalam tahap small group.
![]() |
||||
|
||||
Pada Gambar 4 memperlihat kan siswa telah mampu
menjawab soal dengan benar, didalam proses wawancara dengan salah satu siswa small group yang dilakukan maka peneliti
mendapatkan informasi bahwa siswa menyatakan soal yang di sajikan sudah jelas dan mudah dimengerti.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut,
peneliti berkesimpulan soal akan di pertahankan tanpa di lakukan revisi ulang. Hasil dari proses small
group ini akan menjadi protipe 3 yang akan di ujikan ketahap selanjutnya
yaitu tahap field test.
Pada Gambar 4 memperlihat kan siswa telah mampu
menjawab soal dengan benar, didalam proses wawancara dengan salah satu siswa small group yang dilakukan maka peneliti
mendapatkan informasi bahwa siswa menyatakan soal yang di sajikan sudah jelas dan mudah
dimengerti. Berdasarkan hasil wawancara
tersebut, peneliti berkesimpulan soal akan di pertahankan tanpa di
lakukan revisi ulang. Hasil dari proses small group ini akan menjadi protipe 3
yang akan di ujikan ketahap selanjutnya yaitu tahap field test.
SIMPULAN DAN SARAN
Peneliti
memberikan kesimpulan sesuai dengan pembahasan yang didapatkan yaitu:
1. Soal High
Order Thingking (HOT) tipe analisis yang telah
dihasilkan dalam penelitian ini adalah sudah valid serta praktis dan juga
mempunyai efek potensial. Kevalidan nya dapat dilihat berdasarkan penilaian
validator di tahap expert
review serta one to one
yang membuktikan soal tersebut sudah valid secara konten, konstruk serta penggunaan
bahasa. Kemudian di dalam proses small
group memperlihatkan bagaimana siswa mampu menyelesaikan soal secara baik
tanpa banyak kesulitan. Soal ini baru sampai di tahap small group karena
keterbatasan waktu sehingga belum dapat di ujikan ke tahap field test.
2.
Dari hasil analisis jawaban siswa small group bahwa kemampuan analisis soal
HOTS sudah tergolong baik.
Peneliti
pun memberikan saran antara lain:
1.
Para pendidik, dari penelitian yang di hasilkan ini hendaknya bisa dijadikan perbendaharaan soal dan dilakukan setiap
sekolah.
2.
Para peneliti selanjutnya, penelitian ini bisa
dijadikan sumber atau referensi yang baru dalam mengembangkan soal High Order Thingking (HOT) tipe analisis
DAFTAR PUSTAKA
Anderson,
L.W., dan Krathwohl, D.R. (2001). A
Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing:
A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educatioanl Objectives. New York:
Addison Wesley Longman, In.
Budiman, A., &
Jailani. (2014). Pengembangan Instrumen Asesmen Higher Order Thinking Skill (Hots)
Pada Mata Pelajaran Matematika SMP Kelas VII. Jurnal Riset Pendidikan Matematika. 1 (2), 139-151.
Brookhart,
S. M. (2010). How to assess higherorder thinking skills in your classroom.
Alexandria: ASCD.
Dewi,
Nastitisari. (2016). Analisis Kemampuan Berpikir Kompleks Siswa Melalui
Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Mind
Mapping. Jurnal EduSains. (Online), Jilid 8, No. 1, (http://journal.uinjkt. ac.id/index. php/
edusains), diakses pada 30 November 2018.
Kurniati,
D., Harimukti, R., & Jamil, N. A. (2016). Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Siswa SMP di Kabupaten Jember dalam
menyelesaikan Soal Berstandar Pisa. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. 20 (2),
142-155.
Pratama,
N. S., & Istiyono, E. (2015). Studi Pelaksanaan Pembelajaran Fisika Berbasis Higher
Order Thinking (HOTS) pada Kelas X
di SMA Negeri Kota Yogyakarta. Prosiding
Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6. 6 (1) ,104-112.
Sari,
E.F.P., Somakim., & Hartono, Y. (2018). Etnomatematika Pada Kebudayaan
Rumah Adat Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan. Journal of Medives. (Online),
Jilid 2, No. 1,
(http://e-journal.ikip-veteran.ac.id/index.php/matematika/article/view/557),
diakses 30 November 2018.
Susanti, E. (2016). Pengembangan Soal Matematika Tipe
Timss Menggunakan Konteks Rumah Adat Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Pendidikan Matematika, 10 (2),
1-21.
Susanto,
E., & Retnawati, H. (2016). Perangkat Pembelajaran Matematika Bercirikan
Pbl Untuk Mengembangkan Hots Siswa SMA. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 3
(2) : 189-197.
Tessmer, M. (1993). Planning and Conducting Formative
Evaluations. London: Kogan Page.
Zulkardi.
(2006). Formative Evaluation: What, Why, When, How, (Online),
(http://www.reocities.com/zulkardi/reviewzulkardi.html), diakses 6 September
2018.









0 komentar:
Posting Komentar