Senin, 26 Agustus 2019

UJI COBA DESIGN RESEARCH, LSLC, DAN PMRI HASIL DAN PEMBAHASAN UJICOBA MATERI PERSEN DI SD NEGERI 1 PALEMBANG



LAPORAN UJI COBA DESIGN RESEARCH, LSLC, DAN PMRI HASIL DAN PEMBAHASAN UJICOBA MATERI PERSEN DI SD NEGERI 1 PALEMBANG





















Oleh:
Kelompok 2

1.
Fahma sari
06022681721018
2.
Nurdini Elmunawarah
                               06022681721009
3.
Febrinna Mona Saputri
                               06022681721010
4.
Baidil                                                                                
                               06022681721003







Dosen Pengasuh



1.        Prof. Dr. Ratu Ilma, I.P, M.Si

2.        Dr. Ely Susanti, M.Pd


PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG
TAHUN  2018

UJI COBA DESIGN RESEARCH, LSLC, DAN PMRI HASIL DAN PEMBAHASAN UJICOBA MATERI PERSEN DI SD NEGERI 1 PALEMBANG

A.    Latar Belakang
            Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014 memenuhi kedua dimensi tersebut. Ada dua tantangan yang terjadi di kurikulum ini, diantaranya : Tantangan internal, terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Dan tantangan Eksternal, terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu tentang masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Hal inilah yang menjembatani langkah pendidik untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam hal berpikir, menemukan sesuatu dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Penggunakan konteks dalam pembelajaran matematika pun sekarang menjadi lebih bermakna terutama di tingkat sekolah dasar menggunakan karakteristik PMRI. Hal ini membuat siswa lebih memahami materi dengan sebuah media sebagai alat dalam proses pembelajaran.
            Guru disarankan menjadi fasilitator untuk membantu siswanya dalam memecahkan masalah yang terkait dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan pembelajaran juga dapat disiasati dengan menggunakan system yang baru dikembangkan di Indonesia yaitu Lesson Study for Learning Community (LSLC), system pendidikan ini sudah lama di Indonesia namun penerapannya dilingkup sekolah tergolong masih minim. Dengan menggunakan system pendidikan ini yang dikombinasikan dengan pembelajaran PMRI, peneliti menerapkannya di Sekolah yang selalu menjadi sekolah ujicoba di kota Palembang.
            Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik melakukan ujicoba pembelajaran matematika di SD Negeri 1 Palembang materi persen dengan system LSLC berbasis PMRI. Dengan tujuan dengan  melihat aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika dan mimic muka, gesture dan pemahaman siswa dalam menyelesaikan masalah konsep bar persen dengan system LSLC berbasis PMRI di SD Negeri 1 Palembang?

B.     Langkah-langkah ujicoba LSLC berbasis PMRI
1.      Jenis Ujicoba
Ujicoba ini merupakan eksperimen. Karena untuk melihat aktivitas siswa yang di ajarkan dengan system LSLC berbasis PMRI pada saat proses pembelajaran berlangsung. Pada saat ujicoba dilapangan  hal yang paling diharapkan adalah melihat lintasan belajar siswa dan melihat gesture berupa mimik muka dan pengamatan siswa mengenai materi persen, konsep bar persen dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan materi persen.
2.      Subjek Ujicoba
Subjek Ujicoba adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Palembang
3. Metode Pengumpulan Data saat ujicoba lapangan
a. Tes Pretest
     Sebelum diujicobakan ke siswa. Soal pretest sebanyak 10 butir yang terlebih dahulu divalidasi dengan seluruh guru kelas V SD Negeri 1 Palembang agar tercipta kolaborasi dan diskusi antara guru dan observer sehingga tercipta prediksi jawaban soal pretest. Soal tersebut divalidasi dan diujicobakan juga  ke 3 siswa dengan kategori kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Analisis retrosfektif dari siklus ini adalah : …………………………

b. Tes Lembar Aktivitas Siswa (LAS)
Lanjut tes LAS (Lembar aktivitas siswa) diberikan kesiswa, namun sebelum itu peneliti memvalidasi LAS bersama seluruh guru kelas V secara kolaborasi  untuk mendapatkan prediksi jawaban siswa sebelum diujicobakan. Ujicoba yang dilakukan ke small grup sebanyak 6 siswa perkategori kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Lembar aktivitas Siswa terdiri dari 2 aktivitas dengan konteks yang berbeda disetiap pembelajarannya. Pada aktivitas 1 konteks yang diberikan adalah segiempat dan mengukur,. Siswa dituntut dapat mengukur segiempat (berupa persegi panjang), memahami konsep bar persen, siswa membagi persegi panjang tersebut dan membandingkan jawaban sehingga siswa dapat memahami konsep pecahan senilai. Pada aktivitas 1 terdapat 5 soal. Setelah mengerjakan ativitas 1, siswa mengerjakan LAS pada aktivitas 2. Pengisian air adalah konteks di LAS pada aktivitas 2, yang terdiri dari 3 Soal. Siswa dituntu untuk menentukan nilai pada konsep persen pada banyaknya air (%) dalam suatu bejana dalam (ml). Sehingga untuk memahami konsep tersebut secara diskusi mereka mengerjakan secara kolaboratif. Analisis retrosfektif dari siklus ini adalah : …………………………
Pada saat teaching experiment LAS diberikan kembali ke subjek yang berbeda pada satu kelas V (VD) di SD tersebut. Untuk melihat hasil yang diharapkan maka observer melihat ada satu kelompok yang memenuhi kualifikasi itu, sehingga fokus pada kelompok siswa tersebut. Observer berfokus pada kelompok tersebut karena dari awal teaching experiment sudah terlihat bahwa pada kelompok ini terdapat kolaborasi. Pada saat pengerjaan LAS baik aktivitas 1 maupun aktivitas 2, proses kolaborasi sudah terlihat. Dimana salah satu siswa yang kurang memahami bagaimana menyelesaikan soal-soal tersebut (kita sebut SK), ia tidak malu untuk bertanya kepada teman satu kelompoknya (Kita sebut ST) untuk mengajarinya hingga ia memahami. Setelah dijelaskan oleh ST secara langsung, dan SK mengerti terlihat bahwa ekspresi SK yang awalnya bingung menjadi senang karena dapat memahami dan mengerjakan soal-soal yang telah diberikan.
Analisis retrosfektif dari siklus ini adalah : Saat dikelas guru model bercerita, pada aktivitas 1 soal 1, rata-rata siswa bisa mengerjakan nya karena hanya mengukur. Hanya pada soal no.2 ada beberapa siswa yang bingung jadi soal tersebut digambar atau megukur saja. siswa bingung dengan kalimat pada soal (maksud dari tujuan soal itu sendiri). Sebagian siswa saat di atur duduk secara berkelompok tidak mau bergabung dengan kelompok yang dipilih oleh guru sehingga kelas menjadi tidak kondusif dan rebut. Siswa rata-rata hanya mau dikelompokkan dengan teman dekatnya saja. Sehingga siswa yang berkemampuan rendah malu untuk bertanya kepada siswa yang mengerti, yang membuat guru model harus membiasakan kepada mereka dengan memberikan pengertian agar pada proses pembelajarannya, siswa dapat diskusi dan tercipta caring dengan baik. Dan untuk kedepannya guru model akan menggunakan system LSLC ini dalam pembelajaran matematika dikelasnya. Sehingga siswanya akan terbiasa dan memepuk rasa solidaritas dan caring antar sesame.

c. Hasil wawancara saat ujicoba
Selain melakukan ujicoba Lembar Aktivitas Siswa peneliti juga melakukan wawancara kepada siswa dan guru untuk melihat pemahaman siswa memahami dan  menyelesaikan permasalahan dari masalah konteks bar persen.
Pada siswa wawancara yang dihasilkan berupa perbaikan jawaban dari soal yang telah dikerjakan apabila siswa keliru dalam mengerjakannya. Dan diperoleh juga video mengenai permasalahan siswa dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan.
Refleksi atas aktivitas yang sudah dilalui mulai dari siklus 1 (pretest) sampai tahap akhir Siklus teaching experiment diambil data wawancaranya. Hal ini bertujuan baik dari seluruh guru kelas V dan observer melakukan review atas seluruh siklus ujicoba PMRI berbasis LSLC yang sudah dilakukan. Secara keseluruhan seluruh siklus dan aktivitas siswa, guru-guru menyatakan siswa tersebut kalau mengukur dalam matemtika pasti bisa. Namun ketika dihadapkan dengan soal cerita mereka seringkali bingung dalam pengerjaannya, kalimat-kalimat matematika ada sebagian siswa tidak menangkap betul apa yang diminta soal sehingga mereka bingung dalam menyelesaikan permasalahan matematika dalam soal tersebut. Dan untuk kedepannya guru-guru kelas V SD negeri 1 ingin tetap menggunakan pembelajaran PMRI berbasis LSLC dalam pembelajaran matematika sehingga siswa kami akan terbiasa, dan itu akan menjadi point siswa nantinya cepat memahami bentuk permasalahan dan penyelesaian soal itu sendiri.
C.    Agenda Ujicoba Di SD Negeri 1 Palembang

1.      Jadwal Ujicoba saat di lapangan

No.
Tanggal
Jenis Kegiatan
Ket
1.
Jumat, 09 Februari 2018
Observasi Tahap Awal
-

2.
Sabtu, 10 Februari 2018
Memberikan surat izin ujicoba
-
3.
Sabtu, 17 Februari 2018
Prediksi jawaban Pretest dengan 3 guru
-
4.
Selasa, 20 februari 2018
·    Pretest ke 3 siswa
·    Wawancara (sebagai analisis retrosfektif) dan Wawancara setelah dikoreksi hasil pretest
-
5.
Jum’at 02 Maret 2018
Prediksi jawaban LAS dan soal Individu
-
6.
Jumat, 16 Maret 2018
·    Ujicoba LAS perkelompok
·    Ujicoba Soal Individu (Mandiri)
·    Wawancara (sebagai analisis retrosfektif) dan Wawancara setelah dikoreksi hasil small group LAS
-
7.
Kamis, 29 Maret 2018
·    Teaching Eksperiment
·    Analisis Retrosfektif setelah teaching experiment
-
8.
Sabtu, 31 Maret 2018
Refleksi antara peneliti dan guru kelas V
-
                                                                                                           




D.    Hasil Ujicoba

Penelitian  ujicoba  ini   menggunakan   metode   design   research   yang   bertujuan   untuk mendeskripsikan strategi siswa dalam menemukan konsep bar persen pada kelas V sekolah dasar. Adapun tahap-tahap pada penelitian ini adalah desain pendahuluan (preliminary) berupa soal pretest dan Lembar aktivitas siswa, percobaan pembelajaran (teaching experiment), dan analisis retrospektif (retrospektif analysis).

I.       Tahap I : Preparing for the Experiment

Pada  tahapan  ini  dihasilkan  Hypotetical  Learning  Trajectory  (HLT)  yang  dijadikan
sebagai acuan dalam menjawa pertanyaan penelitian pada tahap retrospective analysis. Adapun kegiatan yang dilakukan peneliti terdiri dari dua tahap, yaitu :

a.       Kajian Literatur
                                                              
Pada tahapan ini peneliti mengkaji literature berupa standar isi dari kurikulum 2013 yang mempunyai Kompetensi inti dan kompetensi dasar untuk pokok bahasan persen. Pada pokok bahasan tersebut, peneliti membatasi materi berupa konteks bar persen sebagai KD dalam pembelajaran. Konteks pengisian air dipilih sebagai starting point dalam proses pembelajaran ini. Data diambil berupa catatan dokumen, dokumentasi foto dan video lalu dianalisis dan dilihat ekspresi yang diharapkan sesuai dengan ujicoba sistem LSLC (Lesson Study Learning Community). Tahap awal peneliti memprediksi jawaban pretest bersama guru. Berikut ini gambar validasi soal pretest bersama 3 orang guru kelas V.








Gambar 1. Validasi bersama Guru Pada Soal Pretest
 











Selanjutnya, dilakukan uji coba soal pretest pada tiga siswa dengan kemampuan yang berbeda (tinggi, sedang, rendah). Berikut ini gambar tiga siswa yang melakukan uji coba soal pretest.









Gambar 2. Validasi Pretest pada Siswa
a. Siswa Kategori Tinggi, b. Siswa Kategori Sedang, dan c. Siswa Kategori Rendah
 



a
 

b
 

c
 

 




Dan selanjutnya peneliti melakukan tahap observasi terhadap siswa pada pilot teaching dan berkolaborasi dengan guru kelas sehingga didapatkan enam siswa dengan kemampuan yang berbeda yang terdiri dari kemapuan tinggi, sedang dan rendah. Tetapi, sebelum melakukan pilot teaching , peneliti terlebih dahulu melakukan validasi LAS dan Soal Individu bersama 4 guru kelas V. Berikut ini gambar validasi LAS dan Soal Individu bersama guru.










Gambar 3. Validasi LAS dan Soal Individu bersama Guru
 
 



Setelah LAS dan Soal Individu divalidasi, selanjutnya dilakukan pilot teaching bersama 6 siswa. berikut ini gambar dari pilot teaching.









Gambar 4. Pilot Teaching
 
 


Berdasarkan Gambar 4 tersebut, dapat dilihat bahwa sebelum memulai diskusi dalam kelompok, siswa terlebih dahulu diberi apersepsi oleh guru model dengan siswa duduk dalam posisi huruf U. Setelah apersepsi selesai, guru meminta siswa untuk membentuk kelompok yang tediri dari tiga orang siswa dalam satu kelompok. Proses diskusi dapat dilihat pada gambar berikut ini.











Gambar 5. Diskusi LAS Kelompok 1
 

Gambar 6. Diskusi LAS Kelompok 2
 
 


Peneliti juga mengumpulkan data untuk subjek penelitian teaching eksperiment dengan mengamati siswa sehingga didapatkan satu kelas untuk teaching eksperiment.
Proses teaching experiment dapat di lihat pada Gambar 5 berikut ini.









Gambar 7. Teaching Experiment
 
 


Berdasarkan Gambar 7, dapat dilihat bahwa siswa duduk membentuk huruf U. Posisi ini digunakan pada saat guru memberikan apersepsi dari materi persen. Setelah apersepsi, dilanjutkan dengan diskusi kelompok dimana siswa diminta untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 4 orang siswa dalam satu kelompok. Proses diskusi kelompok dapat dilihat pada gambar berikut.





Gambar 8. Diskusi LAS dalam Kelompok
 

Gambar 9. Presentasi LAS oleh salah satu siswa
 





b.      Pendesainan HLT/ Dugaan Lintasan Pembelajaran

Aktivitas pembelajaran mengidentifikasi konsep persen, konsep bar persen dan menghitung harga jika konsep persen diketahui yang termuat di dalam dugaan lintasan pembelajaran atau HLT terdiri dari 2 aktivitas yang masing-masing diuraikan mengenai nama aktivitas, tujuan pembelajaran, dan deskripsi aktivitas. Adapun penjelasan mengenai masing-masing aktivitas pada HLT adalah sebagai berikut :

Aktivitas 1 : Kegiatan Mengidentifikasi persen bedasarkan diskon

Tujuan pembelajaran Aktivitas 1

Siswa dapat mengidentifikasi persen berdasarkan diskon

Pengetahuan Awal

1.      Siswa dapat mengukur konsep bar pada gambar persegi panjang yang ada

2.      Siswa dapat membagi persegi panjang tersebut menjadi 2 bagian yang sama besar

3.      Siswa dapat mewarnai bagian yang sudah dibagi

4.      Siswa dapat menuliskan kedalam bentuk pecahan

5.      Siswa dapat membagi kembali persegi panjang tersebut dengan bagian yang lebih besar

6.      Siswa dapat membedakan hasil dari jawaban soal dan membadingkan konsep persen tersebut merupakan pecahan senilai atau bukan.

Deskripsi Aktivitas 1

Pertama-tama guru memulai pertemuan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa dengan menggunakan system Lesson study learning community (LSLC) di atur harus duduk membentuk huruf U dengan tujuan kegiatan pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik dan adanya toleransi dan caring antar sesame siswa. Dan juga guru menjelaskan bahwa pada pertemuan ini kita akan belajar mengenai konsep batang persen dan dapat menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan persen.

“Baiklah anak-anak, pada hari ini kita akan mempelajari tentang memahami penggunaan batang persen dan menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan persen” dan siswa menjawab “baik bu”.

Dari pertanyaan pembuka tersebut, diharapkan dengan menggunakan konteks bar pada materi persen yang melibatkan konsep pecahan biasa dan diskon harga dapat membantu siswa untuk memahami penggunaan batang persen dan menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan persen.
Selanjutnya guru membagi siswa menjadi kelompok kecil yang terdiri dari 3 orang siswa dengan kemampuan yang berbeda (tinggi-sedang-kurang). Dimana setiap kelompok diberikan lembar aktivas siswa secara masing-masing namun harus dikerjakan secara diskusi. Dalam aktivitas ini guru memberikan kesempatan kepada siswa memahami konsep dasar persen yang berkaitan dengan konsep pecahan biasa dan pecahan senilai. Diberikan gambar persegi panjang, siswa diminta untuk mengukur panjang persegi panjang tersebut, membagi nya menjadi 2 bagian yang sama besar, mewarnai salah satu bagian, menentukan dan menuliskan benuk pecahannya, serta menentukan antara jawaban yang mempunyai bilangan yang bernilai sama atau dikatakan pecahan senilai.
Konteks : Segiempat

Segiempat merupakan bangun datar yang mempunyai 4 sisi yang sama panjang. Segiempat terdiri dari bujur sangkar, persegi panjang, belah ketupat dan trapesium. Dalam aktivitas 1 ini peneliti menggunakan konteks persegi panjang untuk melihat kemampuan siswa dalam memahami konsep batang bar dalam persen. Sebelum secara detail siswa memahami bilangan persen itu bilangan yang bagaimana, konsep dasar seperti pecahan biasa dan pecahan senilai menjadi materi pendukung untuk merefleksikan konsep bar pada persen itu sendiri. Guru mengamati strategi dan mimic muka siswa saat diskusi kelompok berlangsung. Dari hasil pengamatan, jika siswa tidak memahami konsep soal yang diberikan siswa diberikan secara aktif untuk berdiskusi kepada teman sejawatnya dan diupayakan mengucapkan kata “ tolong ajari aku”. Hal tersebut diharapkan observer dari hal yang tidak tahu sampai siswa memahami sesuatu hal yang memang belum bisa untuk dia telaah sendiri. Jika dalam satu kelompok terdapat kesenjangan dalam mengerjakan maka guru sebagai observer boleh memberikan keterangan mengenai konsep yang kurang jelas tersebut.

Konjektur pemikiran siswa pada Aktivitas 1

Kegiatan
Asumsi  mengenai  bagaimana  aktivitas  ini  membantu
Pembelajaran
pemikiran siwa yang mengarah pada tujuan pembelajaran



Kegiatan Memahami
1.
Siswa dapat mengukur panjang dari sebuah persegi
Konsep bar dalam persen

panjang pada tahapan awal

2.
Siswa dapat membagi gambar tersebut menjadi 2


bagian yang sama besar

3.
Siswa dapat mewarnai setengah dari gambar yang


ada


4.
Siswa dapat menentukan konsep pecahan senilai





=     bagian











Aktivitas 2 : Memahami persen dengan konteks pengisian air pada sebuah bejana

Tujuan pembelajaran Aktivitas 2

Siswa dapat menghitung harga dari beberapa benda jika persen diketahui

Pengetahuan Awal

1.      Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan persen

2.      Siswa dapat memahami persen dari air yang ada pada bejana

3.      Siswa dapat menentukan setiap ml dan persen air yang diketahui di soal


Deskripsi Aktivitas 2

Melanjutkan  kegiatan  pada  aktivitas  pertama,  siswa  mengerjakan  aktivitas  2

dengan  tujuan  memahami   dan  menyelesaikan   konsep  persen   yang  diketahui.   Pada

aktivitas  2  ini  siswa  menggunakan  konteks  pengisian  air  dalam  penerapan  soalnya.

Dimana siswa diminta menjawab soal-soal tersebut secara diskusi kelompok.

“Baiklah anak-anak, setelah anak-anak menuelesaikan aktivitas 1. Sekarang lanjut ke aktivitas 2 dimana pada aktivitas 2 ibu memberikan konteks pengisian air kepada anak-anak semua.” dan siswa menjawab “baik bu”. Konteks pengisian air diberikan karena dalam kehidupan seharihari kita sering menggunakan konteks tersebut dalam kehidupan. Misaknya : sebagai contoh kita beli AQUA di alfamart, ketika kita minum sisa air dalam botol coba hitung dalam bentuk persen. Ssiswa menjawab : benar juga ya bu”

Dari percakapan tersebut, guru menekankan kembali bahwa kegiatan memahami konsep persen bukan hanya dalam bentuk soal matematika saja. Tapi dalam kehidupan sehari-hari pun kita sering menggunakan dan menemui permasalahan tentang konsep persen. Maka dalam hal ini untuk menggali kemampuan siswa dalam memecahkan masalah persen dalam kehidupan sehari-hari maka diberikan permasalahan daengan menggunakan konters pengisian air.

Selanjutnya guru meminta siswa untuk melanjutkan mengerjakan LAS 2. Dalam aktivitas tersebut guru memberikan kesempatan siswa untuk memecahkan masalah secara diskusi menggunakan penerapan system LSLC. Sehingga dalam kegiatan mengerjakan tersebut siswa yang belum faham dapat bertanya kepada siswa yang mengerti, sehingga tercipta caring antar sesama siswa.

Konteks Pengisian air

Dalam kehidupan sehari-hari konteks ini sering dijumpai, diantaranya : saat kita mengisi galon, beli minuman, buat secangkir teh dan sebagainya. Maka dari itu siswa dituntut untuk memahami dan menyelesaikan permasalahan konsep persen dengan bantuan konteks dan media saat pembelajaran. Dengan mendiskusi cara menyelesaikan konsep tersebut didapat kolaborasi dala pembelajaran konsep bar materi persen. Adapun konjektur pemikiran disajikan pada table berikut :



Kegiatan Pembelajaran
Asumsi mengenai bagaimana aktivitas ini membantu pemikiran



siswa yang mengarah pada tujuan pembelajaran










Menyelesaikan konsep
1.
Siswa
dapat
menyelesaikan
masalah
persen

persen yang belum

menggunakan konsep pengisian air



diketahui
2.
Siswa dapat menghitung persen dari data yang sudah



diketahui digambar












3.      Siswa dapat membandingkan cara mengerjakan dengan data yang berbeda


Aktivitas 3 : Memahami persen dengan konteks pengisian air pada sebuah bejana yang
Setengah dari 100ml

sudah di refleksi di LAS 2 = 50 ml Tujuan pembelajaran Aktivitas 3

Siswa dapat menghitung persen harga dari beberapa benda jika persen atau data lain

diketahui secara individu

Pengetahuan Awal

1        Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan persen secara individu

2        Siswa dapat memahami persen dari air yang ada pada bejana

3        Siswa mempunyai kepercayaan diri untuk menyelesaikan masalah konsep persen dengan konteks pengisian air

Deskripsi Aktivitas 3

Siswa mengerjakan soal individu dengan tertib dan menyelesaikan permasalahan

konsep persen yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

Adapun konjektur pemikiran disajikan pada table berikut :


Kegiatan Pembelajaran
Asumsi mengenai bagaimana aktivitas ini membantu pemikiran



siswa yang mengarah pada tujuan pembelajaran










Menyelesaikan konsep
1.
Siswa
dapat
menyelesaikan
masalah
persen

persen yang belum

menggunakan konsep pengisian air secara individu

Diketahui
2.
Siswa dapat menghitung persen dari data yang sudah



diketahui digambar secara individu
















Tahap II : The Design Experiment

Pada tahap ini terbagi menjadi dua siklus, yaitu :

1.      Pilot Experiment

Setelah diperoleh HLT pada tahap preparing for the experiment maka tahap selanjutnya adalah mengujicobakan HLT pada siklus 1 (pilot ekperiment) yang dilakukan oleh peneliti sebagai guru dengan melibatkan 6 orang siswa, tanpa siswa pada kelas teaching experiment.  Keenam siswa tersebut didapat dari salah satu guru kelas V, dimana terbentuk kelompok small grup untuk kegiatan uji coba HLT pada siklus 1.
Sebelum melakukan kegiatan tersebut, hal yang dilakukan observer adalah memprediksikan Lembar Aktivitas Siswa (LAS) kepada guru-guru kelas V, dengan menentukan jawaban siswa yang dianalisis dan didiskusi kan secara bersama sesuai dengan tingkat kemampuan yang berbeda.
Seperti yang terlampir hasil diskusi observer dengan guru didapat prediksi-prediksi soal ujicoba yang diberikan. Salah satunya soal individu berikut dalam konteks pengisian air.


Gambar 10. Soal Individu
 




Selanjutnya dengan menggunakan sistem Lesson Study for Learning Community (LSLC), siswa diminta duduk membentuk huruf U saat pembelajaran berlangsung. Hal tersebut bertujuan agar siswa dapat berinteraksi satu sama lain dan terjadi caring (kepedulian) antar sesama siswa. Guru membentuk kelompok kecil yang dinamakan small grup dimana observer dalam hal ini sebagai guru. Pada pilot experiment tersebut, siswa diberikan Lembar aktivitas siswa (LAS) sebanyak 3 akivitas, diantaranya : Aktivitas 1 dan 2 yang dikerjakan secara diskusi kelompok, dan aktivitas 3 yang merupakan soal individu yang dikerjakan secara sendiri-sendiri. Dalam berdiskusi siswa mengerjakan bersama-sama, dan bagi siswa yang tidak paham dapat bertanya dengan temannya yang mengerti dengan mengucapkan “Tolong ajarin aku dong”. Itu merupakan aturan main dalam LSLC, sehingga siswa yang tidak mengerti dapat diberikan kesempatan untuk memahami seluruh aktivitas dan konteks yang sedang dipelajari.
Dalam kegiatan pilot experiment ini, system LSLC melihat cara siswa mengerjakan LAS, gesture dan mimik muka mereka dari yang tidak mengerti menjadi mengerti, ekspresi dan caring antar sesame, dan adanya kolaborasi dari segi tingkat kemampuan yang berbeda. Jadi pada pembelajaran ini berlangsung seluruh anggota siswa wajib mengerti dan aktif satu sama lain. Sedangkan untuk guru juga menjadi fasilitator, dimana jika ada siswa yang mengalami kekeliruan pada konteks soal, guru tersebut dalam menjelaskannya.
Adapun hasil dari tahap pilot experiment dijelaskan sebagai berikut.
1.      Pretest
Pretest didesain untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa tentang persen dan untuk mengetahui strategi siswa dalam menyelesaikan masalah. Siswa diberi tes tertulis sebanyak 10 soal. Pada soal pertama mengenai operasi pengurangan persen. Pada soal ini diantara ketiga siswa tersebut hanya siswa yang berkemampuan tinggi menjawab sesuai dengan maksud soal dan jawaban yang diberikan sudah tepat, seperti yang tertera pada gambar 11 berikut.










Gambar 11. Jawaban Siswa Kategori Tinggi
 
 




Berikut ini jawaban siswa kategori sedang, dimana siswa sudah mampu memahami apa yang dimaksud dengan soal sehingga jawaban yang diberikan sudah tepat. Jawaban siswa dapat dilihat pada gambar 12 berikut.









Gambar 12. Jawaban Siswa Kategori Sedang
 
 



Bila dibandingkan jawaban siswa sedang dan tinggi, terdapat sedikit kesamaan yaitu jawaban yang diberikan sudah tepat. Jawaban siswa kategori rendah dapat dilihat pada gambar 13 berikut.











Gambar 13. Jawaban Siswa Kategori Rendah
 
 



Berdasarkan kegiatan pretest dan data yang diperoleh bahwa baik siswa kategori tinggi, sedang, dan rendah dapat menjawab soal nomor 1 dengan tepat. Hal ini dapat dikatakan bahwa soal nomor 1 masih dalam kategori mudah.


2.       Aktivitas 1
Pada aktivitas 1, siswa diminta untuk mengukur berapa ukuran dari persegi panjang yang tersedia pada lembar aktivitas siswa. Pada jawaban soal no 1, siswa menjawab 10 cm. Kemudian pada soal no 2 siswa diminta untuk membagi persegi panjang tersebut menjadi dua bagian yang sama besar. Siswa membagi persegi panjang sehingga sama besar dengan cara 10 cm tadi dibaginya 2 dan diperoleh hasilnya 5 cm. Pada soal no. 3 siswa diminta untuk mewarnai sebagian dari gambar persegi panjang yang sudah dibagi menjadi 2 bagian yang sama besar. Pada soal no. 4 siswa diminta untuk menuliskan bagian yang diwarnai tadi ke dalam bentuk bilangan pecahan, siswa menjawab dengan benar yaitu
. Berikut salah satu lembar jawaban siswa yang berkemampuan rendah dari 6 orang siswa small group.













Gambar 14. Jawaban Siswa Kategori Tinggi Pada Aktivitas 1
 
 
 












Gambar 15. Jawaban Siswa Kategori Sedang Pada Aktivitas 1
 
 












Gambar 16. Jawaban Siswa Kategori Rendah Pada Aktivitas 1
 
 


Berdasarkan Gambar 14, Gambar 15, dan Gambar 16 dapat dilihat bahwa baik jawaban siswa pada kategori tinggi, sedang, maupun rendah semua jawabannya benar dan terdapat kemiripan dari jawaban mereka masing-masing.

3.      Aktivitas 2
Pada aktivitas 2 ini siswa dihadapkan dengan permasalahan proses mengisi air yang dilakukan oleh Vani. Pada soal pertama yang ditanya adalah berapa air yang saat 50%, siswa rata-rata menjawab dengan benar yaitu 50 ml. namun siswa tidak menjelaskan alasannya di lembar jawabannya. Kemudian pada soal yang nomor 2 siswa diminta untuk mengetahui berapa persen air yang terisi saat terisi 80 ml. rata-rata siswa menjawab benar yaitu 80%, sama seperti pada soal no 1, soal no 2 pun tidak mereka tuliskan alas an mereka menjawab 80 ml. Lain soalnya untuk soal no 3, meskipun siswa tidak memberikan alas an mengapa mereka menjawab 20%, namun dari coretan di gambar sdh ckup menjelaskan bahwa mereka menghitungnya dari garis-garis yang ada di gelas ukur yang mereka tuliskan dengan angka yang berpola, artinya mereka memanfaatkan konsep bar. Seperti yang tertera pada gambar berikut.



Gambar 17. Jawaban Siswa Kategori Tinggi Pada Aktivitas 2
 

Gambar 18. Jawaban Siswa Kategori Sedang Pada Aktivitas 2
 
 


Gambar 19. Jawaban Siswa Kategori Rendah Pada Aktivitas 2
 
 



Berdasarkan jawaban siswa pada Gambar 17, 18, dan 19 dapat dilihat bahwa semua jawaban siswa sudah benar baik bagi siswa kategori tinggi, sedang, maupun rendah.
Begitu pula pada soal individu yang dikerjakan siswa, terllihat bahwa siswa benar-benar dapat memanfaatkan konsep bar untuk menghitung nilai volume larutan yanag harus dihitung pada soal tersebut. Seperti yang tertera pada gambar berikut.


Gambar 20. Jawaban Siswa Kategori Tinggi Pada Soal Individu
 









Gambar 21. Jawaban Siswa Kategori Sedang Pada Soal Individu
 
 








Gambar 22. Jawaban Siswa Kategori Rendah Pada Soal Individu
 
 



Berdasarkan gambar 20, gambar 21, dan gambar 22 dapat dilihat bahwa, siswa pada kategori tinggi dan sedang sudah mampu memahami soal dengan baik dan mampu menjawab pertanyaan dengan tepat. Sedangkan siswa kategori kurang masih belum menjawab dengan tepat karena kurang teliti dan belum menyelesaikan jawabannya padahal siswa tersebut sudah mampu memahami soal dengan cukup baik.

E.     PEMBAHASAN
Tujuan dari observasi ini adalah untuk menerapkan sistem pembelajaran LSLC (Lesson Study Learning Community) agar siswa dapat memahami konsep bar materi persen. Pembahasan semua aktivitas pembelajaran yang telah didesain akan diuraikan di bawah ini.
1.      Pretest
Berdasarkan temuan pada tahap percobaan pembelajaran pada siklus 1 (pilot experiment), beberapa aktivitas direvisi untuk mendapatkan hasil yang optimal. Revisi tersebut terkait dari segi bahasa yang digunakan dalam lembar aktivitas siswa. Revisi tersebut dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih akurat sesuai dengan tujuan observer. Yang pertama adalah revisi mengenai prediksi jawaban siswa dan kedua adalah revisi mengenai lembar aktivitas siswa. Pada revisi prediksi jawaban siswa, bisa ditarik kesimpulan bahwa guru matematika beranggapan bahwa siswa berkemampuan tinggi akan menjawab langsung soal dengan benar, sedangkan siswa yang berkemampuan rendah menjawab dengan benar dengan algoritma yang sistematis ataupun siswa bisa menjawab dengan algoritma yang sistematis namun hasil akhir yang kemungkinan akan salah karena kekurangtelitian siswa. Untuk siswa yang berkemampuan rendah, guru kelas V memprediksi bahwa siswa akan menjawab dengan menuliskan ulang soal kembali atau bisa jadi siswa memberikan jawaban yang salah. Seperti yang tertera pada gambar berikut.












Gambar 23. Prediksi Jawaban Dari Guru Pada Soal Pretest no 1 dan 2
 
 
Berdasarkan gambar 23, dapat dilihat bahwa pada soal nomor 1 guru memprediksi bahwa siswa kategori rendah belum mampu menjawab pertanyaan dengan tepat sedangkan siswa kategori sedang dan tinggi mampu menjawab pertanyaan dengan tepat. Pada soal nomor 2 guru memprediksi bahwa siswa kategori rendah belum mampu menjawab pertanyaan sedangkan siswa kategori sedang dan tinggi sudah mampu menjwab pertanyaan dengan tepat. Selanjutnya diberikan prediksi jawaban siswa nomor 3 dan 4.












Gambar 24. Prediksi Jawaban Dari Guru Pada Soal Pretest no 3 dan 4
 
 



Berdasarkan gambar 24, dapat dilihat bahwa prediksi guru pada siswa kategori kurang, sedang, dan tinggi dapat menjawab pertanyaan dengan tepat. Pada soal nomor 4 guru memprediksi bahwa siswa kategori kurang belum mampu menjawab pertanyaan sedangkan siswa kategori sedang dan tinggi mampu menjawab dengan tepat. Dapat dilihat bahwa pada siswa kategori tinggi menggambarkan situasi yang dimaksud dari soal tersebut. Selanjutnya prediksi jawaban siswa pada soal nomor 5 dan 6.

















Gambar 25. Prediksi Jawaban Dari Guru Pada Soal Pretest no 5 dan 6
 
 


Berdasarkan gambar 25, dapat dilihat bahwa prediksi guru untuk soal nomor 5 pada siswa kategori kurang yaitu siswa tersebut masih belum bisa menjawab dengan tepat sedangkan siswa kategori sedang dan tinggi sudah mampu menjawab pertanyaan dengan tepat. Pada soal nomor 6, guru memprediksi siswa pada kategori kurang sudah mampu menjawab pertanyaan meskipun masih belum tepat. Sedangkan jawaban siswa pada kategori sedang dan rendah sudah tepat. Selanjutnya prediksi jawaban siswa pada soal nomor 7 dan 8.









Gambar 26. Prediksi Jawaban Dari Guru Pada Soal Pretest no 7 dan 8
 
 


Berdasarkan gambar 26, dapat dilihat bahwa prediksi guru untuk soal nomor 7 pada siswa kategori kurang yaitu siswa sudah mampu menjawab pertanyaan namun jawaban tersebut masih belum lengkap. Sedangkan jawaban siswa pada kategori sedang dan tinggi sudah tepat. Selanjutnya, pada soal nomor 8 siswa kategori rendah belum mampu menjawb pertanyaan sehingga siswa tidak menjawabnya. Sedangkan untuk siswa kategori sedang dan rendah sudah mampu menjawab pertanyaan dengan tepat. Untuk prediksi guru pada soal nomor 9 dan 10 dapat dilihat pada gambar berikut.













Gambar 27. Prediksi Jawaban Dari Guru Pada Soal Pretest no 9 dan 10
 
 


Berdasarkan gambar 27, dapat dilihat bahwa guru memprediksi jawaban siswa pada soal nomor 9 untuk siswa kategori kurang adalah siswa masih belum mampu menjawab pertanyaan dengan tepat dan siswa kategori sedang dan tinggi siswa sudah mampu menjawab pertanyaan dengan tepat. Pada soal nomor 10, guru memprediksi bahwa siswa kategori kurang belum mampu memahami soal dengan tepat sehingga belum bisa menjawab pertanyaan dengan tepat. Lain hal dengan siswa kategori sedang, guru memprediksi bahwa siswa pada kategori ini sudah memahami soal dengan cukup baik dan mampu menjawab pertanyaan meskipun masih belum lengkap. Sedangkan siswa kategori tinggi, guru memprediksi bahwa siswa sudah mampu memahami soal dengan baik dan mampu menjawab pertanyaan dengan tepat dan lengkap.
Setelah dilakukan prediksi soal pretes, dilakukan ujicoba pretes pada 3 siswa dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah. Dari hasil jawaban siswa diperoleh bahwa terdapat perbedaan prediksi guru dan jawaban siswa dimana dapat dilihat padagambar berikut.


Description: Screen Clipping
 













Berdasarkan gambar 28 dan 29, dapat dilihat bahwa terdapat ketidaksesuaian antara jawaban siswa dan prediksi guru. Dimana guru memprediksi bahwa siswa kategori rendah belum mampu menjawab dengan benar pada soal no. 4, sedangkan jawaban siswa diperoleh bahwa baik siswa kategori tinggi, sedang, maupun rendah semuanya mampu menjawab dengan benar pada soal no 4 tersebut.
Selanjutnya pembahasan pada soal no 9 dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Description: Screen Clipping
Gambar 30. Prediksi Jawaban Dari Guru Pada Soal Pretest no 9
 

 














Siswa Kategori Tinggi
 





Siswa Kategori Sedang
 





Siswa Kategori Rendah
 




Gambar 31. Jawaban siswa pada soal No 9
 
 









Berdasarkan gambar 30 dan 31 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara prediksi guru dan jawaban siswa, dimana pada soal no 9 guru memprediksi bahwa siswa tinggi dan sedang dapat menjawab dengan benar, dan siswa rendah menjawab salah. Namun berdasarkan hasil ujicoba pretes diperoleh bahwa baik siswa tinggi, sedang, maupun rendah tidak bisa menjawab dengan benar. Ada yang menarik dari jawaban siswa dan prediksi guru untuk siswa pada kategori rendah, yaitu antara prediksi guru dan jawaban siswa terdapat kesesuaian.

2.      Aktivitas 1
Pada aktivitas 1 pembelajaran diawali dengan memperkenalkan konteks persegi panjang sebagai proses belajar yang melibatkan masalah realistik atau dilaksanakan dengan suatu konteks sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Karena matematika sebaiknya tidak diberikan kepada siswa sebagai suatu produk jadi yang siap pakai, melainkan memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan kembali pengetahuan matematika baik dalam menemukan konsep matematika dengan memanfaatkan kesempatan situasi nyata yang dialami siswa maupun dengan strategi mereka sendiri dengan pengalaman mereka.
Lembar Aktivitas 1 ini diberikan pada saat pilot experiment dan teaching experiment. Dari jawaban siswa baik pada siklus 1 maupun siklus 2, dapat dikatakan bahwa siswa sudah mampu menjawab semua pertanyaan dengan benar.



3.      Aktivitas 2
Pada aktivitas 2 pembelajaran diawali dengan memperkenalkan konteks pengisian air sebagai proses belajar yang melibatkan masalah realistik atau dilaksanakan dengan suatu konteks sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Karena matematika sebaiknya tidak diberikan kepada siswa sebagai suatu produk jadi yang siap pakai, melainkan memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan kembali pengetahuan matematika baik dalam menemukan konsep matematika dengan memanfaatkan kesempatan situasi nyata yang dialami siswa maupun dengan strategi mereka sendiri dengan pengalaman mereka.

4.      Soal Individu
Setelah siswa mengerjakan aktivitas 1 dan aktivitas 2 secara berkelompok. Selanjutnya guru memberi soal individu berupa 1 soal mengenai materi persen. Hasil prediksi dan jawaban siswa dapat dilihat pada gambar berikut ini.





















 














Berdasarkan gambar 32 dan 33 terdapat perbedaan antara prediksi guru dan jawaban siswa. dimana guru memprediksi bahwa hanya siswa dengan kategori tinggi yang dapat menjawab dengan benar, namun berdasarkan jawaban siswa diperoleh bahwa siswa kategori tinggi dan sedang dapat menjawab pertanyaan dengan benar dan siswa kategori rendah dapat menjawab namun belum selesai sehingga jawabannya belum tepat.

5.      Implementasi pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI)
Berdasarkan hasil observasi dari tahap awal dan terakhir kegiatan teaching experiment dengan siswa dan guru di SD Negeri 1 Palembang diperoleh informasi bahwa pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMRI) telah dilaksanakan di sekolah tersebut. Hal ini terlihat saat kurikulum 2013 telah sebagian diterapkan di sekolah tersebut, implementasi PMRI membantu siswa yang pasif dan jarang menggunakan metode diskusi kelompok menjadi paham materi dalam menemukan dan menyelesaikan permasalahan dalam soal yang menggunakan konteks dalam pembelajaran matematika. Dalam pembelajaran matematika siswa yang mempunyai kemampuan tinggi mendominasi setiap aktivitas yang ada dikelas sehingga siswa yang berkemampuan kurang menjadi ragu dan malu dalam proses pembelajaran tersebut. Hal terebut membuat peneliti tertarik untuk mengujicobakan sistem Lesson Study for Learning Community berbasis PMRI dalam proses pembelajaran matematika disekolah tersebut. Dan dengan dilaksanakannya kegiatan tersebut membuat siswa yang pasif sedikit demi sedikit memunculkan  aktivitas bertanya dan diskusi (caring) antar sesama. Permasalahan dalam pengujicobaan ini adalah untuk memecahkan masalah konsep bar persen yang berhubungan dengan konteks yang termasuk dalam karakteristik PMRI. Kegiatan yang dimaksudkan dengan mengelompokkan siswa menjadi kelompok kecil saat proses pembelajaran berlangsung. Data yang diolah pertama adalah memvalidasikan soal pretest kepada guru dan siswa (3 orang), kemudian dilanjutkan di tahapan pilot experiment juga ada validasi guru dan siswa small group (6 orang), dan siklus selanjutnya kegiatan teaching experiment (kelas siswa V). kegiatan tersebut juga membagi siswa menjadi kelompok kecil 3 sampai 4 orang secara cross dalam berkerja sehingga terjadi kolaborasi, rasa ingin tau, paham dan mengerti konteks yang diberikan yang berhubungan dengan PMRI.
Setelah dilakukan proses LSLC yaitu dimulai dari tahapan Plan, Do, dan See diperoleh bahwa pembelajaran dengan pendekatan PMRI dengan menggunakan sistem LSLC dapat membantu siswa untuk memahami materi persen.


  1. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada ujicoba Design reserach, LSLC dan PMRI di SD Negeri 1 Palembang sudah dapat membantu siswa untuk memahami materi persen dengan dua aktivitas. Yaitu pada aktivitas 1 siswa memahami materi pecahan senilai dengan menggunakan konteks segi empat dan pada aktivitas 2 siswa memahami materi persen dengan menggunakan konteks pengisian air. Dengan pembelajaran menggunakan cara duduk berbentuk huruf U, siswa terlihat jelas oleh guru. Sehingga siswa yang saling berhadapan dan berdekatan satu sama lain tercipta caring antar sesama. Hal ini juga membuat guru membuat ruangan kelas menjadi kondusif dan juga mengeksplor “revolution silent”dalam pembelajaran matematika.

  1. SARAN
Saran  yang dapat diberikan peneliti adalah:
1.      Pada penelitian ini terdapat kendala dalam langkah analisis retrospektif, dimana peneliti melewati tahapan  ini setelah melakukan pretest. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya agar jangan melewatkan satu pun langkah analisis retrospektif tersebut.
  1. Pada penelitian ini, terdapat kendala mengenai pembagian kelompok siswa. Siswa masih belum terbiasa dengan kelompok yang sudah ditetapkan oleh guru, dan pada pembagian kelompok pun siswa rebut sehingga kelas menjadi gaduh, tapi pada saat pembelajaran siswa dapat tenang kembali.




0 komentar:

Posting Komentar