LAPORAN
UJI COBA DESIGN RESEARCH, LSLC, DAN
PMRI HASIL DAN PEMBAHASAN UJICOBA MATERI PERSEN DI
SD NEGERI 1 PALEMBANG

Oleh:
Kelompok 2
1.
|
Fahma
sari
|
06022681721018
|
2.
|
Nurdini
Elmunawarah
|
06022681721009
|
3.
|
Febrinna
Mona Saputri
|
06022681721010
|
4.
|
Baidil
|
06022681721003
|
Dosen
Pengasuh
1.
Prof. Dr. Ratu Ilma, I.P, M.Si
2.
Dr. Ely Susanti, M.Pd
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN
MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
TAHUN 2018
UJI COBA DESIGN RESEARCH, LSLC, DAN PMRI HASIL DAN PEMBAHASAN
UJICOBA MATERI PERSEN DI SD NEGERI 1 PALEMBANG
A. Latar
Belakang
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014 memenuhi kedua dimensi tersebut. Ada dua tantangan yang terjadi di kurikulum ini, diantaranya : Tantangan internal, terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Dan tantangan Eksternal, terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu tentang masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Hal inilah yang menjembatani langkah pendidik untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam hal berpikir, menemukan sesuatu dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Penggunakan konteks dalam pembelajaran matematika pun sekarang menjadi lebih bermakna terutama di tingkat sekolah dasar menggunakan karakteristik PMRI. Hal ini membuat siswa lebih memahami materi dengan sebuah media sebagai alat dalam proses pembelajaran.
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014 memenuhi kedua dimensi tersebut. Ada dua tantangan yang terjadi di kurikulum ini, diantaranya : Tantangan internal, terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Dan tantangan Eksternal, terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu tentang masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Hal inilah yang menjembatani langkah pendidik untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam hal berpikir, menemukan sesuatu dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Penggunakan konteks dalam pembelajaran matematika pun sekarang menjadi lebih bermakna terutama di tingkat sekolah dasar menggunakan karakteristik PMRI. Hal ini membuat siswa lebih memahami materi dengan sebuah media sebagai alat dalam proses pembelajaran.
Guru disarankan menjadi
fasilitator untuk membantu siswanya dalam memecahkan masalah yang terkait
dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan pembelajaran juga dapat
disiasati dengan menggunakan system yang baru dikembangkan di Indonesia yaitu
Lesson Study for Learning Community (LSLC), system pendidikan ini sudah lama di
Indonesia namun penerapannya dilingkup sekolah tergolong masih minim. Dengan
menggunakan system pendidikan ini yang dikombinasikan dengan pembelajaran PMRI,
peneliti menerapkannya di Sekolah yang selalu menjadi sekolah ujicoba di kota
Palembang.
Berdasarkan uraian
diatas, maka peneliti tertarik melakukan ujicoba pembelajaran matematika di SD
Negeri 1 Palembang materi persen dengan system LSLC berbasis PMRI. Dengan tujuan dengan
melihat aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika dan mimic
muka, gesture dan pemahaman siswa dalam menyelesaikan masalah konsep bar persen
dengan system LSLC berbasis PMRI di SD Negeri 1 Palembang?
B. Langkah-langkah
ujicoba LSLC berbasis PMRI
1.
Jenis Ujicoba
Ujicoba ini
merupakan eksperimen.
Karena untuk melihat aktivitas
siswa yang di ajarkan dengan system
LSLC berbasis PMRI pada saat proses pembelajaran berlangsung. Pada saat ujicoba dilapangan hal yang paling diharapkan adalah melihat
lintasan belajar siswa dan melihat gesture berupa mimik muka dan pengamatan
siswa mengenai materi persen, konsep bar persen dan pemecahan masalah yang
berkaitan dengan materi persen.
2.
Subjek Ujicoba
Subjek Ujicoba adalah siswa
kelas V SD Negeri 1 Palembang
3.
Metode Pengumpulan Data saat ujicoba lapangan
a. Tes Pretest
Sebelum diujicobakan ke siswa. Soal pretest
sebanyak 10 butir yang terlebih dahulu divalidasi dengan seluruh guru kelas V
SD Negeri 1 Palembang agar tercipta kolaborasi dan diskusi antara guru dan
observer sehingga tercipta prediksi jawaban soal pretest. Soal tersebut divalidasi
dan diujicobakan juga ke 3 siswa dengan
kategori kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Analisis retrosfektif dari siklus ini adalah : …………………………
b. Tes Lembar Aktivitas Siswa (LAS)
Lanjut tes
LAS (Lembar aktivitas siswa) diberikan kesiswa, namun sebelum itu peneliti
memvalidasi LAS bersama seluruh guru kelas V secara kolaborasi untuk mendapatkan prediksi jawaban siswa
sebelum diujicobakan. Ujicoba yang dilakukan ke small grup sebanyak 6 siswa
perkategori kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Lembar aktivitas Siswa terdiri
dari 2 aktivitas dengan konteks yang berbeda disetiap pembelajarannya. Pada
aktivitas 1 konteks yang diberikan adalah segiempat dan mengukur,. Siswa
dituntut dapat mengukur segiempat (berupa persegi panjang), memahami konsep bar
persen, siswa membagi persegi panjang tersebut dan membandingkan jawaban
sehingga siswa dapat memahami konsep pecahan senilai. Pada aktivitas 1 terdapat
5 soal. Setelah mengerjakan
ativitas 1, siswa mengerjakan LAS pada aktivitas 2. Pengisian air adalah
konteks di LAS pada aktivitas 2, yang terdiri dari
3 Soal. Siswa dituntu untuk
menentukan nilai pada konsep persen pada banyaknya air (%) dalam suatu bejana dalam
(ml). Sehingga untuk memahami konsep tersebut secara diskusi mereka mengerjakan
secara kolaboratif. Analisis retrosfektif dari siklus ini adalah : …………………………
Pada saat
teaching experiment LAS diberikan kembali ke subjek yang berbeda pada satu
kelas V (VD) di SD tersebut. Untuk melihat hasil yang diharapkan
maka observer melihat ada
satu kelompok yang memenuhi kualifikasi itu, sehingga fokus pada kelompok siswa tersebut.
Observer berfokus pada kelompok tersebut karena dari awal teaching experiment sudah terlihat bahwa pada kelompok ini terdapat
kolaborasi. Pada saat pengerjaan LAS baik aktivitas 1 maupun aktivitas 2,
proses kolaborasi sudah terlihat. Dimana salah satu siswa yang kurang memahami
bagaimana menyelesaikan soal-soal tersebut (kita sebut SK), ia tidak malu untuk
bertanya kepada teman satu kelompoknya (Kita sebut ST) untuk mengajarinya
hingga ia memahami. Setelah dijelaskan oleh ST secara langsung, dan SK mengerti
terlihat bahwa ekspresi SK yang awalnya bingung menjadi senang karena dapat
memahami dan mengerjakan soal-soal yang telah diberikan.
Analisis
retrosfektif dari siklus ini adalah : Saat dikelas guru model bercerita, pada
aktivitas 1 soal 1, rata-rata siswa bisa mengerjakan nya karena hanya mengukur.
Hanya pada soal no.2 ada beberapa siswa yang bingung jadi soal tersebut
digambar atau megukur saja. siswa bingung dengan kalimat pada soal (maksud dari
tujuan soal itu sendiri). Sebagian siswa saat di atur duduk secara berkelompok
tidak mau bergabung dengan kelompok yang dipilih oleh guru sehingga kelas
menjadi tidak kondusif dan rebut. Siswa rata-rata hanya mau dikelompokkan
dengan teman dekatnya saja. Sehingga siswa yang berkemampuan rendah malu untuk
bertanya kepada siswa yang mengerti, yang membuat guru model harus membiasakan
kepada mereka dengan memberikan pengertian agar pada proses pembelajarannya,
siswa dapat diskusi dan tercipta caring dengan baik. Dan untuk kedepannya guru
model akan menggunakan system LSLC ini dalam pembelajaran matematika
dikelasnya. Sehingga siswanya akan terbiasa dan memepuk rasa solidaritas dan
caring antar sesame.
c. Hasil wawancara saat ujicoba
Selain melakukan ujicoba Lembar Aktivitas Siswa peneliti juga melakukan
wawancara kepada siswa dan guru untuk melihat pemahaman siswa memahami dan menyelesaikan permasalahan dari masalah
konteks bar persen.
Pada siswa wawancara yang dihasilkan berupa
perbaikan jawaban dari soal yang telah dikerjakan apabila siswa keliru dalam
mengerjakannya. Dan diperoleh juga video mengenai permasalahan siswa dalam
mengerjakan soal-soal yang diberikan.
Refleksi atas aktivitas yang sudah dilalui mulai dari siklus 1 (pretest)
sampai tahap akhir Siklus teaching experiment diambil data wawancaranya. Hal
ini bertujuan baik dari seluruh guru kelas V dan observer melakukan review atas
seluruh siklus ujicoba PMRI berbasis LSLC yang sudah dilakukan. Secara
keseluruhan seluruh siklus dan aktivitas siswa, guru-guru menyatakan siswa
tersebut kalau mengukur dalam matemtika pasti bisa. Namun ketika dihadapkan
dengan soal cerita mereka seringkali bingung dalam pengerjaannya,
kalimat-kalimat matematika ada sebagian siswa tidak menangkap betul apa yang
diminta soal sehingga mereka bingung dalam menyelesaikan permasalahan
matematika dalam soal tersebut. Dan untuk kedepannya guru-guru kelas V SD
negeri 1 ingin tetap menggunakan pembelajaran PMRI berbasis LSLC dalam
pembelajaran matematika sehingga siswa kami akan terbiasa, dan itu akan menjadi
point siswa nantinya cepat memahami bentuk permasalahan dan penyelesaian soal
itu sendiri.
C.
Agenda Ujicoba Di SD Negeri 1 Palembang
1. Jadwal Ujicoba saat di lapangan
No.
|
Tanggal
|
Jenis Kegiatan
|
Ket
|
1.
|
Jumat,
09 Februari 2018
|
Observasi Tahap Awal
|
-
|
2.
|
Sabtu,
10 Februari 2018
|
Memberikan surat izin ujicoba
|
-
|
3.
|
Sabtu, 17 Februari 2018
|
Prediksi jawaban Pretest dengan 3 guru
|
-
|
4.
|
Selasa, 20 februari 2018
|
·
Pretest ke 3 siswa
· Wawancara (sebagai analisis retrosfektif) dan Wawancara
setelah dikoreksi hasil pretest
|
-
|
5.
|
Jum’at 02 Maret 2018
|
Prediksi jawaban LAS dan soal Individu
|
-
|
6.
|
Jumat, 16 Maret 2018
|
·
Ujicoba LAS perkelompok
·
Ujicoba Soal Individu (Mandiri)
·
Wawancara (sebagai analisis retrosfektif) dan Wawancara setelah
dikoreksi hasil small group LAS
|
-
|
7.
|
Kamis, 29 Maret 2018
|
· Teaching Eksperiment
· Analisis Retrosfektif setelah teaching experiment
|
-
|
8.
|
Sabtu,
31 Maret 2018
|
Refleksi
antara peneliti dan guru kelas V
|
-
|
Penelitian ujicoba ini
menggunakan metode design
research yang bertujuan
untuk mendeskripsikan strategi siswa dalam menemukan konsep bar persen pada
kelas V sekolah dasar. Adapun tahap-tahap pada penelitian ini adalah desain
pendahuluan (preliminary) berupa soal pretest dan Lembar aktivitas siswa,
percobaan pembelajaran (teaching experiment), dan analisis retrospektif
(retrospektif analysis).
I. Tahap I :
Preparing for the Experiment
Pada tahapan ini
dihasilkan Hypotetical Learning Trajectory (HLT)
yang dijadikan
sebagai acuan dalam menjawa pertanyaan penelitian pada tahap
retrospective analysis. Adapun kegiatan yang dilakukan peneliti terdiri dari
dua tahap, yaitu :
a. Kajian
Literatur
Pada tahapan ini peneliti mengkaji literature berupa standar isi dari
kurikulum 2013 yang mempunyai Kompetensi inti dan kompetensi dasar untuk pokok
bahasan persen. Pada pokok bahasan tersebut, peneliti membatasi materi berupa
konteks bar persen sebagai KD dalam pembelajaran. Konteks pengisian air dipilih
sebagai starting point dalam proses
pembelajaran ini. Data diambil berupa catatan dokumen, dokumentasi foto dan
video lalu dianalisis dan dilihat ekspresi yang diharapkan sesuai dengan ujicoba
sistem LSLC (Lesson Study Learning Community).
Tahap awal peneliti memprediksi jawaban pretest bersama guru. Berikut ini
gambar validasi soal pretest bersama 3 orang guru kelas V.
![]() |
|||
|
|||


Selanjutnya,
dilakukan uji coba soal pretest pada tiga siswa dengan kemampuan yang berbeda
(tinggi, sedang, rendah). Berikut ini gambar tiga siswa yang melakukan uji coba
soal pretest.
|
|||||||||
|
|
|
|||||||
Dan selanjutnya peneliti melakukan tahap observasi terhadap siswa pada pilot teaching dan berkolaborasi dengan
guru kelas sehingga didapatkan enam siswa dengan kemampuan yang berbeda yang
terdiri dari kemapuan tinggi, sedang dan rendah. Tetapi, sebelum melakukan pilot teaching , peneliti terlebih
dahulu melakukan validasi LAS dan Soal Individu bersama 4 guru kelas V. Berikut
ini gambar validasi LAS dan Soal Individu bersama guru.
|
Setelah LAS dan Soal Individu divalidasi,
selanjutnya dilakukan pilot teaching
bersama 6 siswa. berikut ini gambar dari pilot
teaching.

|
Berdasarkan Gambar 4 tersebut,
dapat dilihat bahwa sebelum memulai diskusi dalam kelompok, siswa terlebih
dahulu diberi apersepsi oleh guru model dengan siswa duduk dalam posisi huruf
U. Setelah apersepsi selesai, guru meminta siswa untuk membentuk kelompok yang
tediri dari tiga orang siswa dalam satu kelompok. Proses diskusi dapat dilihat
pada gambar berikut ini.


|
|
Peneliti juga mengumpulkan data
untuk subjek penelitian teaching
eksperiment dengan mengamati siswa sehingga didapatkan satu kelas untuk
teaching eksperiment.
Proses teaching
experiment dapat di lihat pada Gambar 5 berikut ini.

|
Berdasarkan
Gambar 7, dapat dilihat bahwa siswa duduk membentuk huruf U. Posisi ini
digunakan pada saat guru memberikan apersepsi dari materi persen. Setelah
apersepsi, dilanjutkan dengan diskusi kelompok dimana siswa diminta untuk
membentuk kelompok yang terdiri dari 4 orang siswa dalam satu kelompok. Proses
diskusi kelompok dapat dilihat pada gambar berikut.
|
|
b. Pendesainan
HLT/ Dugaan Lintasan Pembelajaran
Aktivitas pembelajaran
mengidentifikasi konsep persen, konsep bar persen dan menghitung harga jika
konsep persen diketahui yang termuat di dalam dugaan lintasan pembelajaran atau
HLT terdiri dari 2 aktivitas yang masing-masing diuraikan mengenai nama
aktivitas, tujuan pembelajaran, dan deskripsi aktivitas. Adapun penjelasan
mengenai masing-masing aktivitas pada HLT adalah sebagai berikut :
Aktivitas 1 : Kegiatan
Mengidentifikasi persen bedasarkan diskon
Tujuan
pembelajaran Aktivitas 1
Siswa
dapat mengidentifikasi persen berdasarkan diskon
Pengetahuan
Awal
1. Siswa
dapat mengukur konsep bar pada gambar persegi panjang yang ada
2. Siswa
dapat membagi persegi panjang tersebut menjadi 2 bagian yang sama besar
3. Siswa
dapat mewarnai bagian yang sudah dibagi
4. Siswa
dapat menuliskan kedalam bentuk pecahan
5.
Siswa dapat membagi kembali
persegi panjang tersebut dengan bagian yang lebih besar
6.
Siswa dapat membedakan hasil dari
jawaban soal dan membadingkan konsep persen tersebut merupakan pecahan senilai
atau bukan.
Deskripsi
Aktivitas 1
Pertama-tama guru memulai
pertemuan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa dengan
menggunakan system Lesson study learning
community (LSLC) di atur harus duduk membentuk huruf U dengan tujuan
kegiatan pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik dan adanya toleransi dan
caring antar sesame siswa. Dan juga guru menjelaskan bahwa pada pertemuan ini
kita akan belajar mengenai konsep batang persen dan dapat menyelesaikan
permasalahan yang berkaitan dengan persen.
“Baiklah
anak-anak, pada hari ini kita akan mempelajari tentang memahami penggunaan batang
persen dan menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan persen” dan siswa
menjawab “baik bu”.
Dari pertanyaan pembuka tersebut,
diharapkan dengan menggunakan konteks bar pada materi persen yang melibatkan
konsep pecahan biasa dan diskon harga dapat membantu siswa untuk memahami
penggunaan batang persen dan menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan
persen.
Selanjutnya guru membagi siswa
menjadi kelompok kecil yang terdiri dari 3 orang siswa dengan kemampuan yang
berbeda (tinggi-sedang-kurang). Dimana setiap kelompok diberikan lembar aktivas
siswa secara masing-masing namun harus dikerjakan secara diskusi. Dalam
aktivitas ini guru memberikan kesempatan kepada siswa memahami konsep dasar persen
yang berkaitan dengan konsep pecahan biasa dan pecahan senilai. Diberikan
gambar persegi panjang, siswa diminta untuk mengukur panjang persegi panjang
tersebut, membagi nya menjadi 2 bagian yang sama besar, mewarnai salah satu
bagian, menentukan dan menuliskan benuk pecahannya, serta menentukan antara
jawaban yang mempunyai bilangan yang bernilai sama atau dikatakan pecahan
senilai.
Konteks :
Segiempat
Segiempat merupakan bangun datar
yang mempunyai 4 sisi yang sama panjang. Segiempat terdiri dari bujur sangkar,
persegi panjang, belah ketupat dan trapesium. Dalam aktivitas 1 ini peneliti
menggunakan konteks persegi panjang untuk melihat kemampuan siswa dalam
memahami konsep batang bar dalam persen. Sebelum secara detail siswa memahami
bilangan persen itu bilangan yang bagaimana, konsep dasar seperti pecahan biasa
dan pecahan senilai menjadi materi pendukung untuk merefleksikan konsep bar
pada persen itu sendiri. Guru mengamati strategi dan mimic muka siswa saat
diskusi kelompok berlangsung. Dari hasil pengamatan, jika siswa tidak memahami
konsep soal yang diberikan siswa diberikan secara aktif untuk berdiskusi kepada
teman sejawatnya dan diupayakan mengucapkan kata “ tolong ajari aku”. Hal
tersebut diharapkan observer dari hal yang tidak tahu sampai siswa memahami
sesuatu hal yang memang belum bisa untuk dia telaah sendiri. Jika dalam satu
kelompok terdapat kesenjangan dalam mengerjakan maka guru sebagai observer
boleh memberikan keterangan mengenai konsep yang kurang jelas tersebut.
Konjektur pemikiran siswa pada Aktivitas 1
Kegiatan
|
Asumsi mengenai
bagaimana aktivitas ini
membantu
|
|
Pembelajaran
|
pemikiran
siwa yang mengarah pada tujuan pembelajaran
|
|
Kegiatan Memahami
|
1.
|
Siswa dapat mengukur panjang dari sebuah persegi
|
Konsep
bar dalam persen
|
panjang
pada tahapan awal
|
|
2.
|
Siswa
dapat membagi gambar tersebut menjadi 2
|
|
bagian
yang sama besar
|
||
3.
|
Siswa
dapat mewarnai setengah dari gambar yang
|
|
ada
|
||
4.
|
Siswa
dapat menentukan konsep pecahan senilai
|
|

= bagian
Aktivitas
2 : Memahami persen dengan konteks pengisian air pada sebuah bejana
Tujuan
pembelajaran Aktivitas 2
Siswa
dapat menghitung harga dari beberapa benda jika persen diketahui
Pengetahuan
Awal
1. Siswa
dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan persen
2. Siswa
dapat memahami persen dari air yang ada pada bejana
3. Siswa
dapat menentukan setiap ml dan persen air yang diketahui di soal
Deskripsi
Aktivitas 2
Melanjutkan kegiatan
pada aktivitas pertama,
siswa mengerjakan aktivitas
2
dengan tujuan memahami dan menyelesaikan konsep persen yang diketahui. Pada
aktivitas 2
ini siswa menggunakan
konteks pengisian air
dalam penerapan soalnya.
Dimana
siswa diminta menjawab soal-soal tersebut secara diskusi kelompok.
“Baiklah
anak-anak, setelah anak-anak menuelesaikan aktivitas 1. Sekarang lanjut ke
aktivitas 2 dimana pada aktivitas 2 ibu memberikan konteks pengisian air kepada
anak-anak semua.” dan siswa menjawab “baik bu”. Konteks pengisian air diberikan karena dalam kehidupan seharihari kita
sering menggunakan konteks tersebut dalam kehidupan. Misaknya : sebagai contoh
kita beli AQUA di alfamart, ketika kita minum sisa air dalam botol coba hitung
dalam bentuk persen. Ssiswa menjawab
: benar juga ya bu”
Dari percakapan tersebut, guru
menekankan kembali bahwa kegiatan memahami konsep persen bukan hanya dalam
bentuk soal matematika saja. Tapi dalam kehidupan sehari-hari pun kita sering
menggunakan dan menemui permasalahan tentang konsep persen. Maka dalam hal ini
untuk menggali kemampuan siswa dalam memecahkan masalah persen dalam kehidupan
sehari-hari maka diberikan permasalahan daengan menggunakan konters pengisian
air.
Selanjutnya guru meminta siswa
untuk melanjutkan mengerjakan LAS 2. Dalam aktivitas tersebut guru memberikan
kesempatan siswa untuk memecahkan masalah secara diskusi menggunakan penerapan
system LSLC. Sehingga dalam kegiatan mengerjakan tersebut siswa yang belum
faham dapat bertanya kepada siswa yang mengerti, sehingga tercipta caring antar
sesama siswa.
Konteks
Pengisian air
Dalam kehidupan sehari-hari
konteks ini sering dijumpai, diantaranya : saat kita mengisi galon, beli
minuman, buat secangkir teh dan sebagainya. Maka dari itu siswa dituntut untuk
memahami dan menyelesaikan permasalahan konsep persen dengan bantuan konteks
dan media saat pembelajaran. Dengan mendiskusi cara menyelesaikan konsep
tersebut didapat kolaborasi dala pembelajaran konsep bar materi persen. Adapun
konjektur pemikiran disajikan pada table berikut :
Kegiatan Pembelajaran
|
Asumsi mengenai bagaimana aktivitas ini membantu
pemikiran
|
||||||
siswa
yang mengarah pada tujuan pembelajaran
|
|||||||
Menyelesaikan konsep
|
1.
|
Siswa
|
dapat
|
menyelesaikan
|
masalah
|
persen
|
|
persen
yang belum
|
menggunakan
konsep pengisian air
|
||||||
diketahui
|
2.
|
Siswa
dapat menghitung persen dari data yang sudah
|
|||||
diketahui digambar
|
|||||||
3.
Siswa dapat membandingkan cara
mengerjakan dengan data yang berbeda
Aktivitas
3 : Memahami persen dengan konteks pengisian air pada sebuah bejana yang
Setengah dari 100ml
sudah di refleksi di LAS 2 = 50 ml Tujuan pembelajaran Aktivitas 3
Siswa
dapat menghitung persen harga dari beberapa benda jika persen atau data lain
diketahui
secara individu
Pengetahuan
Awal
1
Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan persen secara individu
2
Siswa dapat memahami persen dari air yang ada pada
bejana
3
Siswa mempunyai kepercayaan diri
untuk menyelesaikan masalah konsep persen dengan konteks pengisian air
Deskripsi
Aktivitas 3
Siswa
mengerjakan soal individu dengan tertib dan menyelesaikan permasalahan
konsep
persen yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Adapun
konjektur pemikiran disajikan pada table berikut :
Kegiatan
Pembelajaran
|
Asumsi
mengenai bagaimana aktivitas ini membantu pemikiran
|
||||||
siswa
yang mengarah pada tujuan pembelajaran
|
|||||||
Menyelesaikan konsep
|
1.
|
Siswa
|
dapat
|
menyelesaikan
|
masalah
|
persen
|
|
persen
yang belum
|
menggunakan
konsep pengisian air secara individu
|
||||||
Diketahui
|
2.
|
Siswa
dapat menghitung persen dari data yang sudah
|
|||||
diketahui
digambar secara individu
|
|||||||

Tahap II
: The Design Experiment
Pada
tahap ini terbagi menjadi dua siklus, yaitu :
1.
Pilot
Experiment
Setelah diperoleh HLT pada tahap preparing for the experiment maka tahap
selanjutnya adalah mengujicobakan HLT pada siklus 1 (pilot ekperiment) yang dilakukan oleh peneliti sebagai guru dengan
melibatkan 6 orang siswa, tanpa siswa pada kelas teaching experiment.
Keenam
siswa tersebut didapat dari salah satu guru kelas V, dimana terbentuk kelompok
small grup untuk kegiatan uji coba HLT pada siklus 1.
Sebelum melakukan kegiatan
tersebut, hal yang dilakukan observer adalah memprediksikan Lembar Aktivitas
Siswa (LAS) kepada guru-guru kelas V, dengan menentukan jawaban siswa yang
dianalisis dan didiskusi kan secara bersama sesuai dengan tingkat kemampuan
yang berbeda.
Seperti yang terlampir hasil
diskusi observer dengan guru didapat prediksi-prediksi soal ujicoba yang
diberikan. Salah satunya soal individu berikut dalam konteks pengisian air.

|
Selanjutnya dengan menggunakan sistem
Lesson Study for Learning Community (LSLC), siswa diminta duduk membentuk huruf U saat pembelajaran
berlangsung. Hal tersebut bertujuan agar siswa dapat berinteraksi satu sama
lain dan terjadi caring (kepedulian) antar sesama siswa. Guru membentuk
kelompok kecil yang dinamakan small grup dimana observer dalam hal ini sebagai
guru. Pada pilot experiment tersebut, siswa diberikan Lembar aktivitas siswa
(LAS) sebanyak 3 akivitas, diantaranya : Aktivitas 1 dan 2 yang dikerjakan
secara diskusi kelompok, dan aktivitas 3 yang merupakan soal individu yang
dikerjakan secara sendiri-sendiri. Dalam berdiskusi siswa mengerjakan
bersama-sama, dan bagi siswa yang tidak paham dapat bertanya dengan temannya
yang mengerti dengan mengucapkan “Tolong ajarin aku dong”. Itu
merupakan aturan main dalam LSLC, sehingga siswa yang tidak mengerti dapat
diberikan kesempatan untuk memahami seluruh aktivitas dan konteks yang sedang
dipelajari.
Dalam kegiatan pilot experiment ini, system LSLC
melihat cara siswa mengerjakan LAS, gesture
dan mimik muka mereka dari yang tidak mengerti menjadi mengerti, ekspresi dan
caring antar sesame, dan adanya kolaborasi dari segi tingkat kemampuan yang
berbeda. Jadi pada pembelajaran ini berlangsung seluruh anggota siswa wajib
mengerti dan aktif satu sama lain. Sedangkan untuk guru juga menjadi
fasilitator, dimana jika ada siswa yang mengalami kekeliruan pada konteks soal,
guru tersebut dalam menjelaskannya.
Adapun hasil dari tahap pilot
experiment dijelaskan sebagai berikut.
1.
Pretest
Pretest didesain untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
siswa tentang persen dan untuk mengetahui strategi siswa dalam menyelesaikan
masalah. Siswa diberi tes tertulis sebanyak 10 soal. Pada soal pertama mengenai
operasi pengurangan persen. Pada soal ini diantara ketiga siswa tersebut hanya
siswa yang berkemampuan tinggi menjawab sesuai dengan maksud soal dan jawaban
yang diberikan sudah tepat, seperti yang tertera pada gambar 11 berikut.

|
Berikut
ini jawaban siswa kategori sedang, dimana siswa sudah mampu memahami apa yang
dimaksud dengan soal sehingga jawaban yang diberikan sudah tepat. Jawaban siswa
dapat dilihat pada gambar 12 berikut.
|
Bila dibandingkan jawaban siswa sedang dan tinggi, terdapat
sedikit kesamaan yaitu jawaban yang diberikan sudah tepat. Jawaban siswa
kategori rendah dapat dilihat pada gambar 13 berikut.
|
Berdasarkan
kegiatan pretest dan data yang diperoleh bahwa baik siswa kategori tinggi,
sedang, dan rendah dapat menjawab soal nomor 1 dengan tepat. Hal ini dapat
dikatakan bahwa soal nomor 1 masih dalam kategori mudah.
2. Aktivitas
1
Pada
aktivitas 1, siswa diminta untuk mengukur berapa ukuran dari persegi panjang
yang tersedia pada lembar aktivitas siswa. Pada jawaban soal no 1, siswa
menjawab 10 cm. Kemudian pada soal no 2 siswa diminta untuk membagi persegi
panjang tersebut menjadi dua bagian yang sama besar. Siswa membagi persegi
panjang sehingga sama besar dengan cara 10 cm tadi dibaginya 2 dan diperoleh
hasilnya 5 cm. Pada soal no. 3 siswa diminta untuk mewarnai sebagian dari gambar
persegi panjang yang sudah dibagi menjadi 2 bagian yang sama besar. Pada soal no.
4 siswa diminta untuk menuliskan bagian yang diwarnai tadi ke dalam bentuk
bilangan pecahan, siswa menjawab dengan benar yaitu
.
Berikut salah satu lembar jawaban siswa yang berkemampuan rendah dari 6 orang
siswa small group.


|

|


|
Berdasarkan
Gambar 14, Gambar 15, dan Gambar 16 dapat dilihat bahwa baik jawaban siswa pada
kategori tinggi, sedang, maupun rendah semua jawabannya benar dan terdapat
kemiripan dari jawaban mereka masing-masing.
3.
Aktivitas 2
Pada
aktivitas 2 ini siswa dihadapkan dengan permasalahan proses mengisi air yang
dilakukan oleh Vani. Pada soal pertama yang ditanya adalah berapa air yang saat
50%, siswa rata-rata menjawab dengan benar yaitu 50 ml. namun siswa tidak
menjelaskan alasannya di lembar jawabannya. Kemudian pada soal yang nomor 2
siswa diminta untuk mengetahui berapa persen air yang terisi saat terisi 80 ml.
rata-rata siswa menjawab benar yaitu 80%, sama seperti pada soal no 1, soal no
2 pun tidak mereka tuliskan alas an mereka menjawab 80 ml. Lain soalnya untuk
soal no 3, meskipun siswa tidak memberikan alas an mengapa mereka menjawab 20%,
namun dari coretan di gambar sdh ckup menjelaskan bahwa mereka menghitungnya
dari garis-garis yang ada di gelas ukur yang mereka tuliskan dengan angka yang
berpola, artinya mereka memanfaatkan konsep bar. Seperti yang tertera pada
gambar berikut.

|


|


|
Berdasarkan
jawaban siswa pada Gambar 17, 18, dan 19 dapat dilihat bahwa semua jawaban
siswa sudah benar baik bagi siswa kategori tinggi, sedang, maupun rendah.
Begitu
pula pada soal individu yang dikerjakan siswa, terllihat bahwa siswa
benar-benar dapat memanfaatkan konsep bar untuk menghitung nilai volume larutan
yanag harus dihitung pada soal tersebut. Seperti yang tertera pada gambar
berikut.
|


|

|
Berdasarkan
gambar 20, gambar 21, dan gambar 22 dapat dilihat bahwa, siswa pada kategori
tinggi dan sedang sudah mampu memahami soal dengan baik dan mampu menjawab
pertanyaan dengan tepat. Sedangkan siswa kategori kurang masih belum menjawab
dengan tepat karena kurang teliti dan belum menyelesaikan jawabannya padahal
siswa tersebut sudah mampu memahami soal dengan cukup baik.
E. PEMBAHASAN
Tujuan dari observasi ini
adalah untuk menerapkan sistem pembelajaran LSLC (Lesson Study Learning Community) agar siswa dapat memahami konsep
bar materi persen. Pembahasan semua aktivitas pembelajaran yang telah didesain akan
diuraikan di bawah ini.
1.
Pretest
Berdasarkan temuan pada tahap percobaan
pembelajaran pada siklus 1 (pilot
experiment), beberapa aktivitas direvisi untuk mendapatkan hasil yang
optimal. Revisi tersebut terkait dari segi bahasa yang digunakan dalam lembar
aktivitas siswa. Revisi tersebut dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih
akurat sesuai dengan tujuan observer. Yang pertama adalah revisi mengenai
prediksi jawaban siswa dan kedua adalah revisi mengenai lembar aktivitas siswa.
Pada revisi prediksi jawaban siswa, bisa ditarik kesimpulan bahwa guru
matematika beranggapan bahwa siswa berkemampuan tinggi akan menjawab langsung
soal dengan benar, sedangkan siswa yang berkemampuan rendah menjawab dengan
benar dengan algoritma yang sistematis ataupun siswa bisa menjawab dengan
algoritma yang sistematis namun hasil akhir yang kemungkinan akan salah karena
kekurangtelitian siswa. Untuk siswa yang berkemampuan rendah, guru kelas V memprediksi
bahwa siswa akan menjawab dengan menuliskan ulang soal kembali atau bisa jadi
siswa memberikan jawaban yang salah. Seperti yang tertera pada gambar berikut.
|
Berdasarkan
gambar 23, dapat dilihat bahwa pada soal nomor 1 guru memprediksi bahwa siswa
kategori rendah belum mampu menjawab pertanyaan dengan tepat sedangkan siswa
kategori sedang dan tinggi mampu menjawab pertanyaan dengan tepat. Pada soal
nomor 2 guru memprediksi bahwa siswa kategori rendah belum mampu menjawab
pertanyaan sedangkan siswa kategori sedang dan tinggi sudah mampu menjwab
pertanyaan dengan tepat. Selanjutnya diberikan prediksi jawaban siswa nomor 3
dan 4.

|
Berdasarkan
gambar 24, dapat dilihat bahwa prediksi guru pada siswa kategori kurang,
sedang, dan tinggi dapat menjawab pertanyaan dengan tepat. Pada soal nomor 4
guru memprediksi bahwa siswa kategori kurang belum mampu menjawab pertanyaan
sedangkan siswa kategori sedang dan tinggi mampu menjawab dengan tepat. Dapat
dilihat bahwa pada siswa kategori tinggi menggambarkan situasi yang dimaksud
dari soal tersebut. Selanjutnya prediksi jawaban siswa pada soal nomor 5 dan 6.

|
Berdasarkan
gambar 25, dapat dilihat bahwa prediksi guru untuk soal nomor 5 pada siswa
kategori kurang yaitu siswa tersebut masih belum bisa menjawab dengan tepat
sedangkan siswa kategori sedang dan tinggi sudah mampu menjawab pertanyaan
dengan tepat. Pada soal nomor 6, guru memprediksi siswa pada kategori kurang
sudah mampu menjawab pertanyaan meskipun masih belum tepat. Sedangkan jawaban
siswa pada kategori sedang dan rendah sudah tepat. Selanjutnya prediksi jawaban
siswa pada soal nomor 7 dan 8.

|
Berdasarkan gambar 26, dapat dilihat bahwa prediksi
guru untuk soal nomor 7 pada siswa kategori kurang yaitu siswa sudah mampu
menjawab pertanyaan namun jawaban tersebut masih belum lengkap. Sedangkan jawaban siswa
pada kategori sedang dan tinggi sudah tepat. Selanjutnya, pada soal nomor 8
siswa kategori rendah belum mampu menjawb pertanyaan sehingga siswa tidak
menjawabnya. Sedangkan untuk siswa kategori sedang dan rendah sudah mampu
menjawab pertanyaan dengan tepat. Untuk prediksi guru pada soal nomor 9 dan 10
dapat dilihat pada gambar berikut.

|
Berdasarkan gambar 27, dapat dilihat bahwa guru
memprediksi jawaban siswa pada soal nomor 9 untuk siswa kategori kurang adalah
siswa masih belum mampu menjawab pertanyaan dengan tepat dan siswa kategori
sedang dan tinggi siswa sudah mampu menjawab pertanyaan dengan tepat. Pada soal
nomor 10, guru memprediksi bahwa siswa kategori kurang belum mampu memahami
soal dengan tepat sehingga belum bisa menjawab pertanyaan dengan tepat. Lain
hal dengan siswa kategori sedang, guru memprediksi bahwa siswa pada kategori
ini sudah memahami soal dengan cukup baik dan mampu menjawab pertanyaan
meskipun masih belum lengkap. Sedangkan siswa kategori tinggi, guru memprediksi
bahwa siswa sudah mampu memahami soal dengan baik dan mampu menjawab pertanyaan
dengan tepat dan lengkap.
Setelah dilakukan prediksi soal pretes, dilakukan
ujicoba pretes pada 3 siswa dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah. Dari
hasil jawaban siswa diperoleh bahwa terdapat perbedaan prediksi guru dan
jawaban siswa dimana dapat dilihat padagambar berikut.
![]() |
Berdasarkan gambar 28 dan 29, dapat dilihat bahwa
terdapat ketidaksesuaian antara jawaban siswa dan
prediksi guru. Dimana guru memprediksi bahwa siswa kategori rendah belum mampu
menjawab dengan benar pada soal no. 4, sedangkan jawaban siswa diperoleh bahwa
baik siswa kategori tinggi, sedang, maupun rendah semuanya mampu menjawab
dengan benar pada soal no 4 tersebut.
Selanjutnya pembahasan pada soal
no 9 dapat dilihat pada gambar berikut ini.
|
![]() |
|||||||||
|
|||||||||
![]() |
|||||||||
|
|||||||||
![]() |
|||||||||
|
|||||||||
|
|||||||||
Berdasarkan gambar 30 dan 31 dapat dilihat bahwa
terdapat perbedaan antara prediksi guru dan jawaban siswa,
dimana pada soal no 9 guru memprediksi bahwa siswa tinggi dan sedang dapat
menjawab dengan benar, dan siswa rendah menjawab salah. Namun berdasarkan hasil
ujicoba pretes diperoleh bahwa baik siswa tinggi, sedang, maupun rendah tidak
bisa menjawab dengan benar. Ada yang menarik dari jawaban siswa dan prediksi
guru untuk siswa pada kategori rendah, yaitu antara prediksi guru dan jawaban
siswa terdapat kesesuaian.
2.
Aktivitas 1
Pada aktivitas 1
pembelajaran diawali dengan memperkenalkan konteks persegi panjang sebagai
proses belajar yang melibatkan masalah realistik atau dilaksanakan dengan suatu
konteks sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Karena matematika
sebaiknya tidak diberikan kepada siswa sebagai suatu produk jadi yang siap
pakai, melainkan memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan kembali
pengetahuan matematika baik dalam menemukan konsep matematika dengan
memanfaatkan kesempatan situasi nyata yang dialami siswa maupun dengan strategi
mereka sendiri dengan pengalaman mereka.
Lembar Aktivitas 1 ini
diberikan pada saat pilot experiment
dan teaching experiment. Dari jawaban
siswa baik pada siklus 1 maupun siklus 2, dapat dikatakan bahwa siswa sudah
mampu menjawab semua pertanyaan dengan benar.
3.
Aktivitas 2
Pada aktivitas 2
pembelajaran diawali dengan memperkenalkan konteks pengisian air sebagai proses
belajar yang melibatkan masalah realistik atau dilaksanakan dengan suatu
konteks sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Karena matematika
sebaiknya tidak diberikan kepada siswa sebagai suatu produk jadi yang siap
pakai, melainkan memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan kembali
pengetahuan matematika baik dalam menemukan konsep matematika dengan
memanfaatkan kesempatan situasi nyata yang dialami siswa maupun dengan strategi
mereka sendiri dengan pengalaman mereka.
4.
Soal Individu
Setelah
siswa mengerjakan aktivitas 1 dan aktivitas 2 secara berkelompok. Selanjutnya
guru memberi soal individu berupa 1 soal mengenai materi persen. Hasil prediksi
dan jawaban siswa dapat dilihat pada gambar berikut ini.
![]() |
||||||||
![]() |
||||||||
![]() |
||||||||
![]() |
||||||||
Berdasarkan
gambar 32 dan 33 terdapat perbedaan antara prediksi guru dan jawaban siswa.
dimana guru memprediksi bahwa hanya siswa dengan kategori tinggi yang dapat
menjawab dengan benar, namun berdasarkan jawaban siswa diperoleh bahwa siswa
kategori tinggi dan sedang dapat menjawab pertanyaan dengan benar dan siswa
kategori rendah dapat menjawab namun belum selesai sehingga jawabannya belum
tepat.
5.
Implementasi pendidikan
matematika realistik Indonesia (PMRI)
Berdasarkan hasil observasi dari tahap awal dan
terakhir kegiatan teaching experiment
dengan siswa dan guru di SD Negeri 1 Palembang diperoleh informasi bahwa
pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMRI) telah dilaksanakan di
sekolah tersebut. Hal ini terlihat saat kurikulum 2013 telah sebagian
diterapkan di sekolah tersebut, implementasi PMRI membantu siswa yang pasif dan
jarang menggunakan metode diskusi kelompok menjadi paham materi dalam menemukan
dan menyelesaikan permasalahan dalam soal yang menggunakan konteks dalam
pembelajaran matematika. Dalam pembelajaran matematika siswa yang mempunyai
kemampuan tinggi mendominasi setiap aktivitas yang ada dikelas sehingga siswa
yang berkemampuan kurang menjadi ragu dan malu dalam proses pembelajaran
tersebut. Hal terebut membuat peneliti tertarik untuk mengujicobakan sistem Lesson Study for Learning Community berbasis
PMRI dalam proses pembelajaran matematika disekolah tersebut. Dan dengan
dilaksanakannya kegiatan tersebut membuat siswa yang pasif sedikit demi sedikit
memunculkan aktivitas bertanya dan
diskusi (caring) antar sesama.
Permasalahan dalam pengujicobaan ini adalah untuk memecahkan masalah konsep bar
persen yang berhubungan dengan konteks yang termasuk dalam karakteristik PMRI.
Kegiatan yang dimaksudkan dengan mengelompokkan siswa menjadi kelompok kecil
saat proses pembelajaran berlangsung. Data yang diolah pertama adalah
memvalidasikan soal pretest kepada guru dan siswa (3 orang), kemudian
dilanjutkan di tahapan pilot experiment
juga ada validasi guru dan siswa small group (6 orang), dan
siklus selanjutnya kegiatan teaching
experiment (kelas siswa V). kegiatan tersebut juga membagi siswa menjadi
kelompok kecil 3 sampai 4 orang secara cross dalam berkerja sehingga terjadi
kolaborasi, rasa ingin tau, paham dan mengerti konteks yang diberikan yang
berhubungan dengan PMRI.
Setelah
dilakukan proses LSLC yaitu dimulai dari tahapan Plan, Do, dan See diperoleh bahwa pembelajaran dengan
pendekatan PMRI dengan menggunakan sistem LSLC dapat membantu siswa untuk
memahami materi persen.
- KESIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada ujicoba Design reserach, LSLC
dan PMRI di SD Negeri 1 Palembang sudah dapat membantu siswa untuk memahami
materi persen dengan dua aktivitas. Yaitu pada aktivitas 1 siswa memahami
materi pecahan senilai dengan menggunakan konteks segi empat dan pada aktivitas
2 siswa memahami materi persen dengan menggunakan konteks pengisian air. Dengan
pembelajaran menggunakan cara duduk berbentuk huruf U, siswa terlihat jelas
oleh guru. Sehingga siswa yang saling berhadapan dan berdekatan satu sama lain
tercipta caring antar sesama. Hal ini juga membuat guru membuat ruangan kelas
menjadi kondusif dan juga mengeksplor “revolution
silent”dalam pembelajaran matematika.
- SARAN
Saran
yang dapat diberikan peneliti adalah:
1. Pada penelitian ini terdapat kendala
dalam langkah analisis retrospektif, dimana peneliti melewati tahapan ini setelah melakukan pretest. Diharapkan
untuk peneliti selanjutnya agar jangan melewatkan satu pun langkah analisis
retrospektif tersebut.
- Pada penelitian ini, terdapat kendala mengenai pembagian kelompok siswa. Siswa masih belum terbiasa dengan kelompok yang sudah ditetapkan oleh guru, dan pada pembagian kelompok pun siswa rebut sehingga kelas menjadi gaduh, tapi pada saat pembelajaran siswa dapat tenang kembali.
















0 komentar:
Posting Komentar